Minggu, 27 Desember 2015

Makalah Antropologi



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Di dalam berbagai Negara selalu mempunyai ciri khas tersendiri dari Negara lain. Salah satu contoh dari ciri khas tersebut adalah budaya bangsa. Budaya bangsa adalah budaya yang dimiliki oleh suatu bangsa. Tak jarang suatu Negara mempunyai banyak kebudayaan. Hal ini dikerenakan dalam satu Negara ada beberapa suku atau kelompok dimana masing-masing kelompok mempunyai budaya sendiri-sendiri.
Seiring dengan berkembangnya waktu, manusia ingin mengetahui berbagai peradaban yang ada di segala Negara. Meraka ingin membandingkan dengan kebudayaanya. Dengan mempelajari kebudayaan Negara lain, sebuah Negara dapat mengembangkan negaranya sendiri, yakni dengan mencontoh kebudayaan yang bersifat positive yang telah ada di negara maju.
Banyak orang yang meremehkan antropologi, dikarenakan mereka bulum menyadari betapa pentingnya ilmu antropologi bagi kehidupan manusia. Meraka menganggap bahwa antropologi tidak memiliki kegunaan dan manfaat bagi mereka dan banyak ilmu yang lebih bermanfaat seperti kedokteran, bahasa, matematika, dan teknologi.
Anggapapan tersebut sangat salah, karena sekarang ini banyak peperangan antar Negara, seperti contoh Israel dengan Palestina,  dan banyak Negara tetangga lainnya yang karap kali berselisih dikarenakan hal sepele, seperti contoh Indonesia dengan Malaysia, Korea Utara dengan Korea Selatan dan lain-lain.
Dengan mempelajari antropologi diharapkan dapat menghasilkan manusia yang kritis dan menghargai keanekaragaman dinamika kehidupan social budaya dalam konteks local, nasional, dan global. Selain itu agar siswa ataupun mahasiswa mampu menganalisis realitas keanekaragaman dan dinamika kehidupan social budaya. Sehingga dengan mempelajari antropologi dapat mengurangi permusuhan antar kelompok, baik itu kelompok suku, ras, agama, ataupun antar Ngara. Dengan begitu, dunia akan menjadi tenang, damai tanpa permusuhan dan konflik seperti apa yang diinginkan oleh PBB.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengertian, ruang lingkup dan tujuan antropologi?
2.      Bagaimana sejarah perkembangan antropologi?
3.      Apa cabang-cabang antropologi?
4.      Bagaimana konsep antropologi dan konsep kebudayaan?
5.      Bagaimana keterkaitan atau hubungan antara antropologi dengan ilmu-ilmu sosial?
C.    Tujuan Pembahasan Masalah
1.      Untuk mengetahui pengertian, ruang lingkup dan tujuan antropologi.
2.      Untuk mendeskripsikan sejarah perkembangan antropologi.
3.      Untuk mejelaskan cabang-cabang antropologi.
4.      Untuk memaparkan konsep antropologi dan konsep kebudayaan.
5.      Untuk menjelaskan keterkaitan atau hubungan antara antropologi dengan ilmu-ilmu sosial.












BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian, ruang Lingkup, dan Tujuan Antropologi
Antropologi menurut kamus besar bahasa Indonesia artinya ilmu tentang manusia khususnya asal-usul, aneka warna bentuk fisik,  adat istiadat, dan kepercayaan pada masa lampau.[1]
Istilah Antropologi berasal dari bahasa Yunani, anthropos dan logos. Anthropos berarti manusia dan logos berarti pikiran atau ilmu. Secara sederhana, pengertian Antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia. Menurut William A Haviland, ahli Antropologi asal Amerika Serikat, Pengertian Antropologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari keanekaragaman manusia dan kebudayaannya.[2]
Antropologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari umat manusia sebagai makhluk masyarakat. Perhatian ilmu pengetahuan ini ditujukan kepada sifat-sifat khusus badani, dan cara-cara produksi, tradisi-tradisi dan nilai-nilai yang membuat pergaulan hidup yang satu berbeda dengan pergaulan hidup lainnya. Jika dilihat dari segi antropologi, manusia dapat ditinjau dari dua segi; yaitu manusia sebagai makhluk biologi dan manusia sebagai makhluk sosio-budaya. Dalam tinjauan itu Antropologi tidak melihat manusia biologi dan manusia sosio budaya secara terpisah-pisah melainkan satu kesatuan fenomena bio-sosial.[3]  
Dari beberapa pengertian yang diungkapkan oleh para ahli diatas saya menyimpulkan bahwa antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia, baik dari segi peradabannya ataupun kebudayaannya dari zaman ke zaman.
Para ahli antropologi mempelajari tentang budaya manusia. Mereka tertarik dengan kebudayaan prasejarah (kebudayaan yang diciptakan sebelum lahirnya zaman sejarah) juga kebudayaan pada zaman modern saat ini. Mereka mengkaji kebudayaan pada semua tingkat perkembangan teknologi, dari zaman berburu dan zaman pengumpulan makanan (food gathering) sampai zaman bercocok tanam dan zaman industri. [4]
Para ahli antropologi dapat dibedakan kedalam beberapa spesialisasi. Pertama, ahli antropologi sosial (antropologi budaya) mempelajari tentang kelompok-kelompok manusia yang ada saat ini menggunakan cara hidup (misalnya budaya) tertentu. Mereka dapat mengkaji budaya manusia tetentu dengan cara mempelajari bagaimana bagian-bagian budaya itu bisa cocok dalam membentuk keseluruhan manusia yang bermakna, atau mereka dapat memilih dan memberi sejumlah kebudayaan berdasarkan pola-pola perilaku untuk mendapatkan “perspektif antar budaya” tentang kondisi manusia.
Kedua ahli etnografi adalah seorang ahli antropologi yang punya spesialisai dalam mengumpulkan informasi tentang segala aspek budaya yang ada melalui kerja lapangan. Ketiga ahli anteopologi bahasa mempelajari bahasa-bahasa yang digunakan manusia dengan fokus kajian pada penggunaan bahasa dalam konteks sosial. Keempat ahli antropologi fisik (biologi) menggunakan teknik-teknik ilmu pengetahuan alam dalam studi makhlik hidup maupun yang sudah berupa fosil dan primat binatang seperti monyet atau kera. Kelima ahli arkeologi menggunakan teknik-teknik penggalian dan analisis ilmiah sisa-sisa fisik makhluk hidup untuk merekonstruksi cara hidup manusia yang telah musnah.
Keenam ahli primatologi meliputi ahli antropologi yang mempelajari perilaku kelompok primat bukan makhluk manusia seperti baboon, simpanse, dan gorilla. Tegasnya tiga spesialis terakrir lebih menyerupai ilmu-ilmu sosial dalam focus kajiaanya.[5]
Sementara itu, menurut Prof. Harsojo ruang lingkup Antropologi meliputi antropologi fisik, Antropologi budaya yang terbagi menjadi 4 sub-disiplin, yaitu Archeologi prasejarah, antropologi linguistic, etnologi, serta kebudayaan dan kepribadian.
Antropologi fisik menyelidiki manusia sebagai makhluk biologi. Ia mempelajari manusia dari segi jasmaniahnya dalam arti yang seluas-luasnya. Hal yang diselidiki adalah asal-usul manusia, perkembangan evolusi organik, struktur tubuh dan kelompok-kelompok manusia yang kia sebut sebagai ras. dilihat dari sudut lapangan peyelidikannya, antropologi fisik terpecah dalam cabang-cabang ilmu yang lebih kecil seperti:
1.    Paleontologi primat: yaitu ilmu yang mempelajari deskripsi dari varietas manusia yang telah tidak ada lagi hidup di dunia dewasa ini tentang makhluk-makhluk lain yang masih erat hubungannya dengan manusia.
2.    Evolusi manusia, yaitu ilmu yang mempelajari proses perkembangan dari type-type manusia dimulai dari makhluk-makhluk bukan manusia.
3.    Antropometri, yaitu studi tentang teknik pengukuran tubuh manusia.
4.    Somatologi, yaitu studi tentang varietas manusia yang masih hidup dan tentang perbedaan seks dan variasi perseorangan.
5.    Antropologi rasial: yaitu ilmu yang mempelajari tentang penggolongan manusia dalam kelompok-kelompok ras, sejarah ras manusia dan hal-hal tentang percampuran ras.
6.    studi perbandingan tentang pertumbuhan organic dan antropologi konstitusionil, yang mempelajari presdisposisi dan type-type tubuh manusia terhadap penyakit-penyakit tertentu dan tingkah laku khusus seperti tingkah laku kriminal.[6]
Antropologi budaya adalah cabang besar dari antropologi umum yang menyelidiki kebudayaan pada umumnya dan kebudayaan-kebudayaan dari berbagai bangsa di seluruh dunia. Antropologi budaya memfokuskan perhatiannya kepada kebudayaan manusiadan cara hidupnya dalam masyarakat.[7]  Ilmu ini menyelidiki bagaimana manusia itu mampu berkebudayaan dan mengembangkan kebudayaannya sepanjang zaman. antropologi kebudayaan terpecah menjadi 4 subdisplin ilmu yaitu:
1.    Archeologi Prasejarah
Archeologi prasejarah adalah ilmu yang mempelajari perkembangan kebudayaan manusia di masa lampau ketika belum terdapat bahan-bahan tertulis.
2.    Antropologi Linguistik
3.    Etnologi
Ilmu antropologi yang mempelajari tentang kebudayaan manusia dengan mengadakan pendekatan perbandingan dari kebudayan-kebudayaan individual yang terdapat dimuka bumi ini.
4.    Kebudayaan dan Kepribadian

                  Sebagai ilmu yang membahas tentang manusia, antropologi mempunyai 3 tujuan utama, yaitu;
 1. Mendeskripsikan selengkap mungkin tata cara kehidupan kelompok manusia dari berbagai sudut belahan bumi pada setiap periode dan karakter fisik manusia yang hidup pada kelompok itu.
 2. Memahami manusia sebagai kelompok tertentu secara keseluruhan.
3. Untuk menemukan prinsip-prinsip umum tentang gaya hidup manusia serta bagaimana gaya hidup itu terbentuk.[8]


B.       Sejarah Perkembangan Antropologi
Didalam bukunya Pengantar Ilmu Antropologi Koetjradiningrat membagi sejarah perkembangan antropologi menjadi beberapa fase. Fase yang pertama (sebelum 1800). Suku-suku bangsa penduduk pribumi Afrika, Asia dan Amerika mulai didatangi oleh orang Eropa Barat sejak akhir abad ke 15 dan permulaan abad ke-16, dan lambat laun dalam suatu proses yang berlangsung kira-kira 4 abad lamanya, berbagai daerah di muka bumi mulai terkena pengaruh negara-negara Eropa Barat. Bersama dengan perkembangan itu mulai terkumpul suatu himpunan besar dari buku-buku kisah perjalanan, laporan, dan sebagainya, buah tangan para musafir, pelaut, pendeta, penyiar agama Nasrani, penerjemah kitab Injil, dan pegawai pemerintah jajahan.[9]
Dalam buku itu termuat suatu himpunan besar dari bahan pengetahuan berupa deskripsi tentang adat-istiadat susunan masyarakat, bahasa dan cirri-ciri fisik dari beraneka warna suku bangsa Afrika, asia, Oseania, dan suku-suku bangsa Indian, penduduk pribumi amerika. Bahan pengetahuan tadi disebut etnografi, atau diskripsi tentang bangsa-bangsa (dari kata Ethnos yang berarti bangsa).
Fase kedua (kira-kira pertengahan abad ke 19). waktu itu timbul karangan-karangan yang menyusun bahan Etnografi tersebut berdasarkan cara berfikir evolusi masyarakat. Di masa ini kemudian timbul beberapa karangan yang hendak menelii sejarah penyebaran kebudayaan-kebudayaan bangsa-bangsa di muka bumi
Fase ketiga (Permulaan Abad ke-20). Pada permulaan abad ke20, sebagia besar dari negara-negara penjajah di Eropa masing-masing berhasil untuk mencapai kemantapan kekuasaannya di daerah-daerah jajahan di luar Eropa. sehingga Ilmu antropologi pada saat ini menjadi sangat penting. Ilmu ini berkembang terutama di negara Inggris.
Fase keempat (sesudah kira-kira 1930). Dalam fase ini ilmu antropologi mengalami masa perkembangannya yang paling luas baik mengenai pertambahan bahan pengetahuan yang jauh lebih teliti, maupun mengenai ketajaman dan metode-metode ilmiahnya.
Antropologi masa kini, mengalami perbedaan-perbadaan di berbagai Pusat Ilmiah. seperti contoh di Amerik Serikat ilmu antropologi telah memakai dan mengintegrasikan seluruh warisan bahan dan metode dari ilmu antropologi dalam fasenya dan telah mengalami spesialissi yang telah dikembangkan untuk mencapai pengertian dasar-dasar dari anekawarna bentuk masyarakat dan kebudayaan manusia tampak pada masa sekarang ini. Hal ini berbeda dengan di daerah Eropa utara seperti Skandanavia yang mempelajari suku-suku Eskimo.[10]
Yang telah tua umurnya yaitu Etnografi, yang telah lama dikerjakan oleh orang-orang dari berbagai bangsa. Didunia barat kita temukan tulisan Herodotus, seorang bangsa Yunani yang biasanya juga disebut bapak dari ilmu sejarah dan etnografi. Tulisannya dmengeni bangsa Mesir misalnya dapat kita anggap sebagai tulisan dalam bidang Etnografi yang terkuno.[11]
Sebenarnya tulisan etnografi tidak hanya di Yunani dan Romawi saja. Kita ketahui pada zaman itu baangsa Tionghoa dan bangsa India telah mengenal tulisan. Mereka tentu menulis tentang bangsa asing pula atau menulis tentang keadaan ditempat mereka sendiri.
Kemudian kita dapati pula tulisan-tulisan dari seorang Arab, yang bernama Ibnu Batutah, yang banyak berjalan di daerah Asia Tengah. Ibnu Batutah mengetahui sendiri daerah-daerah tersebut. Ia dilahirkan di Tangger pada tahun 1304 dan meninggal pada tahun 1377.Dorongan merantau itu pada permulaanya disebabkan oleh faktor ekonomi, akan tetapi kemudiaan disertai perasaan ingin mengembara.[12]
Seorang pencatat adat kebiasaan bangsa Asing yang sering kita dengar, adalah Marco Polo. (Pulo) Nama itu terkenal karena sebuah kitab yang disusunnya yang berjudul: “Kitab tentang Kerajaan dan Keajaiban dunia Timur”. Dua puluh tahun lamanya keluarga Polo yang terdiri dari Ayah, paman, dan anak-anak mengembara ke Asia. Untuk beberapa waktu lamanya mereka tinggal di Istana Khu Bilai Khan. Disini mereka melihat hal-hal yang aneh, misalnya uang yang terbuat dari kertas yang dicap dan ditandatangani, yang mempunyai bermacam-macam nilai.
Marco Polo juga pernah singgah di Indonesia. Hal itu kita ketahui dari tulisan tentang perjalanan dari satu pelabuhan yag terletak di Pantai laut tiongkok Selatan. Kapal yang ditumpanginya mula-mula singgah di  di sebelah Pelabuhan yang disebut Ferlec dalam bahasa Aceh, Pereula atau Perlak dalam bahasa Melayu. Marco Polo menceritakan tentang kota ini, dan mengatakan bahwa banyaklah pedagang-pedagang dari India yang datang kesana dan penduduk tersebut banyak memeluk agama Islam, terutama di Kota, sedang penduduk yang ada di Pedalaman masih mengerjakan hal-hal yang haram.
Saat kita mempelajari mata pelajaran antropologi kita tidak akan terlepas dengan tokoh terkenal yakni Marco Polo. Yakni seorang penjelajah dari Italia, yang namanya terkenal karena sudah menjelajah ke beberapa Negara di dunia. Ia terkenal karena kisah-kisahnya sangat menarik dan aneh bagi bangsa Eropa. Pada masa itu, bangsa Barat tidak mengenal dunia Timur. Sebagian cendekiawan berpendapat bahwa Marco Polo memang pergi ke Tiongkok, tetapi tidak mengunjungi semua tempat yang digambarkan dalam bukunya (misalnya Xanadu).[13]
Nasib yang kemudian dialami Marco Polo adalah bahwa dia kemudian ditangkap dan dimasukkan kedalam penjara di Genoa. Di tempat inilah kemudian dia menuliskan pengalaman-pengalamannya itu yang merupakan bahan Etnografi yang baik. Marco Polo ditahan dan dimasukkan dalam penjara sewaktu ada peperangan antara Venesia dan Genoa.
Tokoh muslim yang tidak kalah penting dan mengalahkan Marco Polo yakni Ibnu Batutah yang telah menjelajah tiga kali lebih jauh disbanding Marco Polo. Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin Ibrahim al-Lawati atau Shams ad - Din atau lebih dikenal orang dengan nama Ibnu Battuta lahir pada 24 Februari 1304 M (723 H) di Tangier Maroko. Ibnu Battuta dikenal karena petualangannya mengelilingi dunia. Hampir 120.000 kilometer telah ditempuhnya selama rentang waktu 1325-1354 M atau tiga kali lebih panjang dari jarak yang telah ditempuh oleh . Seluruh catatan perjalanan dan pengalaman Ibnu Battuta selama pengembaraan ditulis ulang oleh Ibnu Jauzi seorang penyair dan penulis buku kesultanan Maroko.

Ibnu Jauzi menuliskannya berdasarkan paparan lisan yang didiktekan langsung oleh Ibnu Battuta. Penulisan buku ini diprakarsai oleh Sultan Maroko saat itu, Abu Inan. Buku ini disusun selama dua tahun dan diberi judul "Tuhfat al-Nuzzar fi Ghara’ib al-Amsar wa-’Aja’ib al-Asfar" atau lebih dikenal dengan "Rihla Ibnu Battuta".

Pada usia sekitar dua puluh tahun, Tujuan awal perjalanan Ibnu Battuta adalah menunaikan ibadah haji pada tahun 1325 M, tetapi tujuan awalnya itu telah membawanya menuju penjelajahan 30 tahun yang gemilang. Perjalanan awal Ibnu Battuta di mulai dari Tangier menuju Mekkah. Untuk Menghindari berbagai resiko buruk seperti diserang perampok, selama perjalanan Ibnu Battuta bergabung dengan kafilah yang akan menuju Mesir. Bersama Kafilah itu, Ibnu Battuta dengan menyusuri hutan, bukit dan pegunungan bergerak menuju Tlemcen, Bejaia lalu kemudian tiba di Tunisia dan tinggal disana.

Dari Tunisia, Ibnu Battuta dan rombongan kemudian melanjutkan perjalanannya menuju Libya. Sejak meninggalkan Tangier hingga Libya Ibnu Battuta telah menempuh perjalanan darat sejauh hampir 3.500 km melintasi Afrika Utara. Delapan bulan sebelum musim ibadah haji dimulai Ibnu Battuta memutuskan untuk mengunjungi Kairo. Pada tahun 1326 M, Ibnu Battuta dan rombongannya tiba di Pelabuhan Alexandria di ujung barat delta sungai Nil. Ibnu Battuta sangat terkesan melihat pelabuhan Alexandria dan menurutnya Alexandria adalah satu dari lima tempat paling menakjubkan yang pernah dia kunjungi. Saat itu Alexandria merupakan pelabuhan yang sangat sibuk dengan berbagai aktifitas.

Setelah beberapa pekan di Alexandria lalu Ibnu Battuta singgah di Kairo beberapa saat dan langsung melanjutkan perjalanannya ke Damaskus dengan pengawasan ketat dari Kerajaan Mamluk. Di Damaskus Ibnu Battuta menghabiskan bulan Ramadhan dan menggunakan waktunya untuk belajar, bertemu dengan beberapa guru, orang-orang terpelajar dan para hakim setempat. Selama 24 hari di Damaskus, kemudian Ibnu Battuta melanjutkan perjalanannya ke Mekkah melalui Jalur Suriah. Sepanjang jalur itu Ibnu Battuta banyak mengunjungi tempat-tempat suci. Al-Khalil (Hebron), Al-Quds (Jerusalem), Bethlehem adalah beberapa tempat yang dikunjunginya. Selama seminggu di Jerusalem, Ibnu Battuta mengunjungi Masjid Al-Aqsa dan Kubah Batu.

Menjelang musim haji dimulai dan setelah bulan ramadhan selesai, Ibnu Battuta meninggalkan Damaskus dan bergabung kembali dengan rombongan haji lainnya untuk melanjutkan perjalanannya ke Madinah. Di bawah pengawasan Kerajaan Mamluk yang menjamin keamanan para jemaah haji, maka Ibnu Battuta dan rombongannya dapat tiba di Madinah dengan selamat. Setibanya di Madinah Ibnu Battuta tinggal selama empat hari lalu bergegas menuju Mekkah untuk melaksanakan ibadah hajinya. Setelah menyempurnakan ritual hajinya, Ibnu Battuta tidak pulang ke Tangier tetapi dia memutuskan untuk melanjutkan pengembaraannya ke Irak dan Iran.[14]

Penyelidikan Ilmiah mengenai Antropologi lebih pesat setelah diketemukan atau setelah diketahui adanya hubungan antara bahasa-bahasa Sanksekerta, bahasa Latin, Yunani, Germania, sehingga bahan perbandingan makin banyak. Timbullah penyelidikan yang bersifat historis  komparatif dalam kebudayaan.
 Dan kemudian didirikan Museum-museum untuk memajukan penyelidikan dan juga timbul lembaga-lembaga Etnologi. Pada tahun 1841 didirikan museum Etnografi oleh G.J Thomson di Kopenhagen; pada tahun 1850 diHamburg; pada tahun 1866 di Harvard didirikan The Peabody Museum of Archeologi and Etnologi; Pada tahun 1842 di New York didirikan  American Etnological Sosiety; di Inggris 1843 didirikn Etnological Sosiety of London; dan tahun 1875 didirikan The Bereau of American Ethnologi
Dalam abad ke-20 makin berkembanglah penyelidikan Etnologi. Dan tempat-tempat penyelidikan Etnologi dan Antropologi terbesar di berbagai negara seperti di Amerika Serikat, Inggris, Afrika Selatan, Australia, Eropa Barat, Tengah, dan Utara di Uni Soviet dan Mexico.[15]

Khusus di Indonesia dapat dikemukakan, bahwa penulisan tentang adat kebiasaan, system kepercayaan, struktur sosial atau kesenian dari suku-suku bangsa yang ada telah dikejakan secara intensif yang semula digunakan sebagai landasan kebijaksanaan colonial. Akan tetapi penyelidikan secara khusus untuk mengembangkan Etnologi atau Antropologi Indonesia yang dikerjakan lembaga perguruan tinggi barulah dimulai setelah perang dunia kedua dengan didirikan Lembaga Penyelidikan Bahasa dan budaya yang semula bernama  Institut Voor Taal en CultureOnderzoek pada Universitas Indonesia di Jakarta. [16]
C.      Cabang-Cabang Antropologi
      
Secara tradisional percabangan antropologi dilihat dari konteks analogi dua entitas  disiplin ilmu pengetahuan. Sebagai contoh, membangun eksplanasi  reflektif masyarakat manusia (masyarakat manusia) dengan analogi struktur sosial primate yang bukan manusia (biologi), atau membangun eksplanasi reflektif atas keruntuhn suatu masyarakat kuno ribuan tahun yang lalu (arkeologi) dengan analogi kondisi suatu kondisi masyarakat msa kini (antropologi budaya), dan sebagainya atas dasar itu, ada empat cabang besar dalam antropologi, yaitu antropologi biologi, arkeologi, linguistik, antropologi budaya.
1.             Antropologi biologi/ Antropologi Fisik, yaitu kajian mengenai biologi manusia. khususnya dalam kaitannya dengan antropologi yang dikonsepsikan secara luas suatu ilmu mengenai manusia. Contoh kajiannya mengenai perbandingan anatomi antara manusia dengan primata.
2.             Arkeologi, (Arkeologi prasejarah, sebagaimana lapangan kajian ini disebut di Eropa) adalah subdisiplin yang erat terkait. Sementara perbandingan ciri- cirri anatomis dari temuan-temuan fosil merupakan bagian yang pas dari antropologi biologi, hubungan temuan-temuan fosil tersebut dengan habitat mereka, dan mencari dan membangun alas an-alasan akademik mengenai struktur masyarakat prehistoric lebih merupakan bahasan dari arkeologi.
3.        Antropologi linguistic adalah bagian dari kajian mengenai bahasa, tapi khususnya yang terkait dengan keanekaragamannya.
4.        Antropologi budaya adalah subdisiplin yang terbesar. dalam pengertian yang paling luas, bidang kajian ini meliputi kajian keanekaragaman kebudayaan, upaya mencari unsure-unsur budaya universal (cultural universals), menggungkapkan struktur sosial, interpretasi simbolisme, dan berbagai masalah terkait. Antropologi budaya menyentuh semua subdisiplin lain.[17]
D.      Konsep Antropologi dan Konsep Kebudayaan
Sebagaimana ilmu-ilmu sosial lainnya , penggunaan konsep dalam antropologi  adalah penting karena pengembangan konsep yang terdefinisikan dengan baik merupakan tujuan dari setiap disiplin ilmu. Benar  menurut Keesing yang mengemukakan tidak ada dua ahli antropolgi yang mempuyai pendapat  sama persis  atau menggunakan simbol-simbol atau konsep-konsep yang sama.  Terdapat tujuh kelompok pengertian kebudayaan yaitu:
  1. Kelompok kebudayaan sebagai  keseluruhan kompleks kehidupan manusia
  2. Kelompok kebudayaan sebagai warisan sosial atau tradisi
  3. Kelompok kebudayaan sebagai  cara dan aturan termasuk cita-cita , nilai-nilai dan kelakuan
  4. Kelompok kebudayaan sebagai  keterkaitan dalam proses-proses psikologis
  5.  Kelompok kebudayaan sebagai  struktur atau pola-pola organisasi kebudayaan
  6. Kelompok kebudayaan sebagai hasil perbuatan atau kecerdasan manusia
  7. Kelompok kebudayaan sebagai  sistem simbol
Adapun yang merupakan contoh konsep-konsep antropologi , diantaranya:
  1. Kebudayaan
    Istilah culture(kebudayaan) berasal dari bahasa latin , yakni cultura dari kata dasar colere yang berarti berkembang tumbuh. Namun, secara umum pengertian kebudayaan mngacu kepada kumpulan pengetahuan yanng secara sosial diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Makna itu kontras dengan pengertian kebudayaan yang sehari-hari yang hanya merujuk kepada bagian-bagian tertentu warisan sosial , yakni tradisi sopan santun dan kesenian.
  2. Evolusi
    Secara sederhana  konsep evolusi mengacu ada sebuah transformasi yang berlangsung secara bertahap . walaupun istilah tersebut merupakan istilah umum yang dapat dipakai dalam berbagai bidang studi. Istilah evolusi yang merupakan gagasan bahwa bentuk-bentuk kehidupan berkembang dari suatu bentuk lain melalui mata rantai transformasi dan modifikasi yang tidsk pernah putus, pada umumnya diterima sebagai awal landasan berfikir meeka .
  3. Daerah budaya (culture area) Suatu daerah budaya (culture area) adalah suatu daerah geografis yang memiliki sejumlah ciri-ciri budaya dan kompleksitas  lain yang dmilikinya. Menurut definisi di atas,  suatu daerah kebudayaan pada mulanya berkaitan dengan pertumbuhan kebudayaan yang menyebabkan timbulnya unsur-unsur baru yang mendesak unsur-unsur lama kearah pinggir , sekeliling daerah pusat  pertumbuhan tersebut .
  4. Enkulturasi
    Konsep enkulturasi mengacu pada suatu proses  pembelajaran kebudayaan . dengan demikian pada hakikatnya setiap orang sejak kecil sampai tua , melakukan proses enkulturasi, mengingat manusia sebagai makhluk  yang dianugerahi kemampuan uuntuk berfikir  dan bernalar sangat memungkinkan untuk setiap waktu meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotornya.
  5. Difusi
    Difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan secara meluas sehingga melewati batas tempat dimana kebudayaan ini timbul . dalam proses difusi ini erat kaitannya dengan konsep inovasi(pembaharuan).[18]

   Seperti telah dikemukakan terdahulu, kehidupan manusia di masyarakat atau manusia dalam konteks sosialnya, meliputi berbagai aspek. Salah satu aspek yang bermakna dalam kehidupan manusia yang juga mencirikan kemajuannya adalah kebudayaan. Kebudayaan, akar katanya dari buddayah, bentuk jamak dari Buddhi yang berarti budi dan akal. Kata buddhayah atau buddhi itu berasal dari bahasa sansekerta. Dengan demikian, kebudayaan itu dapat diartikan sebagai hal-hal yang berhubungan dengan budi atau akal.
   Mengenai  kebudayaan ini,dapat disimak dari beberapa konsep dari beberapa pakar antara lain C.A Ellwood mengungkapkan :
   Kebudayaan adalah norma kolektif semua pola prilaku ditransparansikan secara sosial melalui simbol-simbol, dari sini tiap unsur semua kemampuan kelompok umat manusia yang karakteristik, yang tidak hanya meliputi bahasa, peralatan, industri, seni, ilmu, hukum, pemerintahan, moral, dan keyakinan-keyakinan saja, melainkan meliputi  juga peralatan material atau artefak yang merupakan penjelmaam kemampuan budaya yang menghasilkan pemikiran yang berefek praktis dalam bentuk bangunan, senjata, mesin, media komunikasi, perlengkapan seni, dsb. Tidak ada kelompok umat manusia yang  memiliki maupun yang tidak memiliki bahasa, tradisi, kebiasaan, dan kelembagaan. Kebudayaan itu bersifat universal yang merupakan ciri yang berkarakteristik masyarakat manusia.
            Konsep yang dikemukakan oleh Ellwood diatas sangat jelas dan gamblang bahwa kebudayaan itu hanya menjadi milik otentik manusia. Dari konsep tadi, tercermin pula konsep-konsep dasar antropologi yang melekat pada kehidupan manusia. Namun demikian, konsep-konsep dasar itu akan diketengahkan kembali secara lebih lengkap. Konsep-konsep dasar itu meliputi :
1.  Kebudayaan
2.  Tradisi
3.  Pengetahuan
4.  Ilmu
5.  Teknologi
6.  Norma                                                        
7. Lembaga
8.  Seni
9.  Bahasa
10.   Lambang.[19]
Ahli antropologi yang pertama-tama merumuskan definisi tentang kebudayaan secara sistematis dan ilmiah adalah E.B Taylor, yang menulis dalam bukunya terkenal Primitiv Culture yakni bahwa kebudayaan itu adalah keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat-istiadat dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Definisi lain tentang kebudayaan dikemukakan oleh R Linton dalam bukunya: “The Cultural Background of Personality”, bahwa kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku yang dipelajari dan hasil dari tingkah laku, yang unsure-unsup pembentukannya didukung dan diteruskan oleh anggota dari masyarakat tertentu.[20]
Seorang ilmuwan bernama Evans Pritchard  mengemukakan bahwa ontropologi adalah studi tentang masyarakat yang dianggap sebagai sebuah system natural atau organismenharus merupakan studi empiris, dan dengan menggunakan metode induktif dimungkinkan untuk menjelaskannya melalui prinsip-prinsip atau hukum-hukum general dengan cara yang sama sebagaimana fenomena fisik dijelaskan oleh fisikawan.[21]
E.            Hubungan atau Keterkaitan Antropologi dengan Ilmu-Ilmu Sosial
1.        Hubungan Antara Antropologi Sosial  dan Sosiologi
       Sosiologi adalah disiplin ilmu tersendiri dengan ciri intelektual secara khusus, sistematis, terandalkan mengembangkan pengetahuan tentang hubungan soaial manusia pada umumnya dan tentang produk dari hubungan tersebut.[22]
Sejak pertengahan abad ke-20, antropologi timbul sebagai integrasi dari berbagai macam ilmu yang berdiri sendiri yang menyelidiki manusia dari berbagai aspeknya, sehingga menimbulkan suatu pendekatan holistik yang melihat manusia sebagai satu kesatuan bio-sosial.
2.        Hubungan Antropologi dan Psikologi
Antropologi dapat juga dikatakan sebagai ilmu yang menyelidiki tingkah laku manusia yang terpolakan. Tingkah laku manusia pada dasarnya adalah manifestasi dari sikap-sikap dimana faktor-faktor motivasi psikologis memainkan peranan yang penting. Hasil-hasil yang dicapai oleh penyelidikan psikologi itu banyak gunanya bagi penyelidikan antropologi, terutama mengenai soal kepribadian dan kebudayaan yang dewasa ini sudah mulai merupakan satu subdisiplin tersendiri dalam antropologi budaya.
3.        Hubungan Antropologi dan Geografi
Bagi antropologi lebih pentingdari studi deskriptif dari alam adalah studi mengenai proses adaptasi dan perubahan-perubahan yang dilakukan oleh manusia terhadap lingkungan alamnya. Mengenai hal penyesuaian terhadap lingkungan alamnya. Mengenai hal penyesuaian terhadap lingkungan alamnya, perbedaan yang terdapat dalam pengembangan tekniknya antara bangsa yang masih primitive dengan bangsa yang sudah maju sesungguhnya bersifat gradual saja. Dari uraian tersebut dapatlah kita ketahui betapa pentingnya pengetahuan geografi bagi penyelidikan antropologi.[23]
4.        Hubungan Antropologi dan Ilmu Sejarah
Antropologi pada prinsipnya adalah Ilmu sejarah juga. Pikiran ini dianut terutama oleh mereka yang beraliran sejarah dan evolusi. Dengan bantuan archeology prasejarah dan etnologi bangsa-bangsa yang belum mengenal tulisan, dicoba merekonstruksikan bangsa-bangsa yang sudah mengenal tulisan diselidiki oleh ilmu sejarah. Bagi ahli sejarah olitik yang mengikuti atau mempelajari peristiwa-peristiwa politik secara kronologi, pengertian-pengertian dan hasil penyelidikan yang diketemukan didalam antropologi, memberikan pengetahuan latar belakang kebudayaan dan kemasyarakatan yangadekwat baginya.[24]
5.        Hubungan Antropologi dan Ekonomi
Khusus di Indonesia yang sedang menjalankan pembangunan ekonomi, pelaksanaanya membutuhkan pengetahuan yang yang dalam tentang adat istiadat daerah, struktur sosialnya, alam pikiran dan alam perasaanya, sehingga dapat disusun prosedur-prosedur yang paling tepat untuk menghindarkan kerugian dalam bidang materiil dan spiritual. Antropologi dalam hubungan ini dapat memberikan bantuan pada pembangunan ekonomi di Indonesia. Sebaliknya dengan memahami prinsip-prinsip ekonomi modern ahli antropologi dapat mengadakan analisa yang lebih tepat mengenai masalah perubahan sosial, yang disebabkan oleh pembangunan ekonomi.[25]



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Antropologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari umat manusia sebagai makhluk masyarakat. Perhatian ilmu pengetahuan ini ditujukan kepada sifat-sifat khusus badani, dan cara-cara produksi, tradisi-tradisi dan nilai-nilai yang membuat pergaulan hidup yang satu berbeda dengan pergaulan hidup lainnya. Jika dilihat dari segi antropologi, manusia dapat ditinjau dari dua segi; yaitu manusia sebagai makhluk biologi dan manusia sebagai makhluk sosio-budaya. Dalam tinjauan itu Antropologi tidak melihat manusia biologi dan manusia sosio budayasecara terpisah-pisah melainkan satu kesatuan fenomena bio-sosial.
Sejarah perkembangan antropologi dibagi kedalam empat fase, yakni fase pertama sebelum 1800, fase kedua pada pertengahan abad ke 15, fase ke 3 pada permulaan abad ke 20, dan fase keempat sesudah 1930 dimana pada masa ini antropologi mengalami perkambangan yang paling luas.
Cabang-cabang antropologi ada empat yakni, antropologi fisik atau anropologi biologi, arkeologi, antropologi linguistik, dan antropologi budaya. Terdapat beberapa konsep dasar antropologi seperti kebudayaan, evolusi, daerah budaya (culture area), enkulturasi, dan difusi. Sedangkan contoh dari konsep kebudayaan yakni kebudayaan, tradisi, pengetahuan, ilmu teknologi, nnorma, lembaga, seni, bahasa, dan lambang.
Antara antropologi dengan ilmu-ilmu social terdapat hubungan yang saling terkait dan berkaitan erat satu sma lain. Ada hubungan antara sntropologi social dengan sosiologi, antropologi dengan psikologi, antropologi dengan geografi, antropologi dengan ilmu sejarah, dan antropologi dengan ekonomi.


B.     Saran
1.      Kepada para pendidik diharapkan mampu menjelaskan materi antropologi dengan baik kepada peserta didik agar menciptakan peserta didik yang dapat memahami antropologi secara menyeluruh.
2.      Bagi peserta didik diharapkan mampu memehami antropologi sehingga dapat menelaah keanekaragaman budaya tiap manusia biberbagai belahan bumi yang akhirnya dapat menciptakan rasa toleransi yang tinggi.
3.      Kepada pemerintah diharapkan dapat mendukung proses pembelajaran sehingga pembelajaran bisa berjalan dengan lancar.
DAFTAR RUJUKAN
Departeman Pendidikan dan Kebudayaan Nasional.1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Fedyani, Achmad. 2005. Antropologi Kontemporer. Jakarta: Prenada Media.
Harsojo. Pengantar Antroologi. 1967.Bandung: Angkasa Offset.
Koentjaningrat. 1989. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta:Aksara Baru.
Morris Brian . Antropologi Agama. Yogyakarta: AK Group.
Sapriya. Pendidikan IPS. 2009.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Zulfi Mubarok. 2010. Sosiologi Agama. Malang: UIN Maliki Press





[1]    Departeman Pendidikan dan Kebudayaan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 1994) hal.50.
[2] http://www.pengertianahli.com/2013/11/pengertian-antropologi-dan-cabang.html, diakses pada tanggal 30 November 2015 pukul 14.48 WIB.
[3]    Harsojo, Pengantar Antroologi, (Bandung: Angkasa Offset, 1967), hal.13.
[4]    Sapriya, Pendidikan IPS, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal.23
[5] ibid hal 24.
[6] Harsojo, Pengantar… hal.16.
[7] https://baehaqiarif.files.wordpress.com/2009/12/antropologi.pdf
[9]    Koentjaningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta:Aksara Baru, 1989) hal.3.
[10]  Ibid., hal 7-8.
[11] Harsojo, Pengantar… hal.67.
[12] ibid.
[13]https://id.wikipedia.org/wiki/Marco_Polo.
[14]http://www.biografiku.com/2011/11/biografi-ibnu-battuta-penjelajah-muslim.html
[15] ibid, hal.72.
[16] Ibid hal 73.
[17]  Acmad Fedyani, Antropologi Kontemporer, ( Jakarta: Prenada Media, 2005) hal.22.
[20] Harsojo, Pengantar… hal. 109.
[21] Brian Morris, Antropologi Agama,(Yogyakarta: AK Group) hal.232.
[22] Zulfi Mubarok, Sosiologi Agama, (Malang: UIN Maliki Press (Anggota IKAPI), 2010), hal.1.
[23] ibid hal. 64.
[24] ibid.
[25] ibid., hal 66.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar