Sabtu, 17 Desember 2016
3 Laki-laki Dalam Doaku
Masih kuingat benar doaku pada waktu itu. Aku berdoa agar jodohku adalah salah satu dari ketiga pria yang aku pilih sendiri. Mungkin ini seperti mendikte Tuhan. Namun, waktu itu aku begitu megaguminya. Laki-laki pertama dan yang kukagumi adalah putra dari guru SMA ku. Santun, ramah, dan lemah lembut bicaranya, saat terakhir aku ketemu kemarin hari Idul Fitri, setidaknya itual yang aku simpulkan dari caranya menanyai seorang tamu. Ceritanya begini, waktu itu aku bertemu dengannya pada acara ....
Rabu, 07 Desember 2016
contoh analisis jurnal pembelajaran PKn
Nama : Erna Lufiana
NIM : 1725143084
Kelas : PGMI 5D
Analisis Jurnal Pembelajaran PKn di MI/SD
Jurnal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang ditulis oleh Tika
Masoyang dkk telah sesuai dengan filosofis PTK
pada umumnya. Pada dasarnya PTK bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran di dalam kelas serta meningkatkan prestasi akademik siswa meliputi
tiga aspek, yakni aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam Jurnal PTK
yang berjudul Meningkatkan Hasil Belajar Pada Pembelajaran PKn Melalui Kooperative
Tipe Student Teams Achievment Division (STAD) di Kelas V SDN Inpres Popisi
Kecamatan Peling Tengah. Dari judul ini kita dapat menyimpulkan bahwa
penelitian yang digunakan oleh penulis adalah PTK, lebih baik jika judul
disertakan kabupaten tempat melakukan penelitian sehingga lebih memperjelas
pembaca.
Didalam jurnal belum disebutkan penggunaan motode sebelum
menggunakan metode cooperative tipe STAD. Jika metode sebelumnya disebutkan
maka pembaca atau calon guru dan tenaga pendidik lainnya dapat membandingkan
metode yang digunakan sebelumnya dengan keefektivitasan dari metode kooperativ
tipe STAD.
Dalam kegiatan perencanaaan, pada point kedua dijelaskan bahwa
peneliti memilih materi yang akan digunakan untuk melaksanakan rencana
perbaikan pembelajaran, sedangkan pada bab pertama peneliti telah menentukan
bab dalam pembelajaran yakni Menjaga Keutuhan Negara Indonesia. Seharusnya
point kedua ini bisa diganti dengan menyiapkan materi atau analisis hipotesis.
Pada bagian ini juga dapat ditambahkan beberapa poin lagi selain merencanakan
perbaikan pembelajaran dan instrument penelitian seperti penyusunan media dan
materi pembelajaran.
Dalam metode penilitian yang digunakan oleh peneliti sudah sesuai
dengan metode yang dipilih. Metode penelitian tindakan kelas yang dipilih
adalah menggunakan pendekatan Kemmis dan Taggart dalam rancangan PTK jenis ini
ada dua siklus, yakni siklus pertama dan siklus kedua dan sertiap siklus
terdiri dari beberapa tahapan yakni 1) perencanaan tindakan 2) pelaksanaan
tindakan 3)observasi dan 4)refleksi. Namun sayangnya dalam subyek penelitian, subyeknya adalah
kelas V yang hanya terdiri dari 10 siswa. Seharusnya peneliti mencari kelas
yang lebih banyak siswanya. Karena banyaknya suatu subyek dalam penelitian juga
berpengaruh terhadap hasil penelitian tersebut. Semakin banyak subyek yang
diujicobakan dan mengalami keberhasilan, maka penelitian akan semakin valid.
Pemaparan hasil analisis pra tindakan sudah sesui degan kaidah PTK.
Namun ada hal yang perlu dibenahi dalam penulisan hasil pra tindakan yaitu
mengenai penulisan nama. Penulisan nama lebih baik jika ditulis dengan inisial
saja. Hal ini untuk menjamin kerahasiaan data responden yang diteliti. Hal ini
sesuai dengan etika dalam melakukan PTK.
Pada bab hasil pembahasan, bukan hanya pada aspek kogniti saja,
apalagi ini adalah pembelajaran PKn, akan lebih baik jika menyeimbangkan antara
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Bisa ditambahkan nilai afektif
siswa sebelum tindakan dan sesudah dilakukan PTK yakni pada siklus I dan pada
siklus II. Hal ini akan lebih sesuai dengan definisi hasil pembelajaran yang
telah dijelaskan oleh peneliti pada bab awal yang dikutip dari Sudjana yaitu
bahwa hasil pembelajran adalah perubahan tingkah laku pada individu yang
mencakup bidang afektif, kognitif dan psikomotorik yang dimiliki oleh siswa
setelah menerima pengalaman belajar.
Pada bagian kesimpulan sudah sesuai dengan apa yang dilakukan oleh
peneliti dalam PTK. Dimana kesimpulan dalm PTK harus disusun secara singkat,
padat, dan jelas sesuai dengan uraian dan mengacu pada pertanyaan penelitian
atau perbaikan. Saran berisi tentang pendapat dari penulis yang dikemukakan dan
perlu untuk dipertimbangkan. Didalam jurnal PTK tentang pembalajaran PKn di
salah satu sekolah dasar ini berisi tentang anjuran penulis kepada guru-guru
lain untuk menggunakan metode cooperative tipe STAD dalam pembelajaran PKn
untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik serta untuk meningkatkan
kreativitas siswa. Sehingga pembelajaran PKn di sekolah dapat mencapai tujuan
yang diinginkan.
Senin, 28 November 2016
Kamis, 24 November 2016
Contoh RPP Matematika Kelas V SD
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama
Sekolah
: MI Al Fitrah
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: V/ I
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit (
Pertemuan 1 )
KKM
: 70
- Standar Kompetensi
3.
Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan
masalah
masalah
- Kompetensi Dasar
3.1. Menghitung luas
layang-layang
- Indikator
- Kognitif:
· Menjelaskan
bangun layang-layang
· Menghitung
luas layang-layang
· Menemukan
rumus bangun layang-layang melalui pendekatan segitiga
- Afektif :
· Memperhatikan
penjelasan dari guru
· Berperan aktif dalam pembelajaran
- Psikomotor :
· Aktif
menjawab pertanyaan guru
· Aktif
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
- Tujuan Pembelajaran
- Kognitif
·
Siswa dapat
menjelaskan pengertian bangun layang-layang di kelas dengan baik.
·
Siswa mampu
menghitung luas bangun datar layang-layang di kelas dengan benar.
·
Siswa dapat
menemukan rumus luas layang-layang melalui pendekatan segitiga di kelas dengan
baik.
2.
Afektif
·
Peserta didik
dapat memperhatikan penjelasan dari guru dikelas dengan baik.
·
Peserta didik
dapat berperan aktif dalam pembelajaran di kelas dengan baik.
·
Peserta didik
dapat bekerjasama dengan kawan-kawan sekelasnya dengan baik.
3.
Psikomotor
·
Peserta didik
aktif mengerjakan tugas dari guru di kelas dengan baik.
·
Peserta didik
terampil mengerjakan tugasnya di kelas dengan baik.
- Materi Ajar

L = ½ x
d1 x d2
dengan:d 1 dan d2
adalah panjang diagonal 1 dan 2.
- Metode Pembelajaran
Metode Pembelajaran :
Quantum Teaching, diskusi, tanya jawab
- Karakter peserta didik yang diharapkan, yaitu:
a.
Mandiri
b.
Rasa ingin
tahu
c.
Teliti
d.
Kerja
keras
e.
Disiplin
- Langkah – Langkah Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
|
Waktu
|
Kegiatan awal
|
10 menit
|
Kegiatan
Inti
|
50 menit
|
Kegiatan
Penutup
|
5 menit
|
- Alat dan Sumber Belajar
Alat peraga : layang-layang,
kertas origami, papan table luas layang-layang dan segitiga
Sumber Belajar : R.J.
Soenarjo. 2007. Matematika 5 untuk SD/MI Kelas V, Jakarta:
Pusat Perbukaan, Departemen Pendidikan Nasional.
- Penilaian
Teknik : Tertulis
Bentuk Instrumen :
Uraian
Jenis : Lembar Kerja –
lihat lampiran
Mengetahui
Tulungagung,
25 November 2016
Kepala Sekolah
Mahasiswa
Lembar Kerja Siswa
- Sebuah bangun berbentuk layang-layang dengan panjang diagonal 1(d1) berukuran 18 cm dan diagonal 2 (d2) berukuran 16 cm. Tentukan luas bangun tersebut !
- Layang-layang memiliki luas 280 cm2 dan salah satu diagonalnya berukuran 20 cm. Tentukan ukuran diagonal yang lain!
- Deni akan membuat layang-layang. Dua potong bambu yang Deni pakai berukuran 30 cm dan 22 cm. Apabila layangan sudah jadi, berapakah luasnya?
- Aldo memiliki kertas berukuran 60 cm x 100 cm. Kertas itu ia gunakan untuk membuat 6 buah layang-layang yang berukuran 36 cm x 40 cm. Berapa luas kertas yang tersisa?
- Di rumah Mira terdapat hiasan dinding berbentuk layang-layang dengan ukuran luas 420 cm2. Jika salah satu diagonalnya berukuran 28 cm tentukanlah ukuran diagonal yang lainnya!
Lembar Kerja Siswa
- Sebuah bangun berbentuk layang-layang dengan panjang diagonal 1(d1) berukuran 18 cm dan diagonal 2 (d2) berukuran 16 cm. Tentukan luas bangun tersebut !
- Layang-layang memiliki luas 280 cm2 dan salah satu diagonalnya berukuran 20 cm. Tentukan ukuran diagonal yang lain!
- Deni akan membuat layang-layang. Dua potong bambu yang Deni pakai berukuran 30 cm dan 22 cm. Apabila layangan sudah jadi, berapakah luasnya?
- Aldo memiliki kertas berukuran 60 cm x 100 cm. Kertas itu ia gunakan untuk membuat 6 buah layang-layang yang berukuran 36 cm x 40 cm. Berapa luas kertas yang tersisa?
- Di rumah Mira terdapat hiasan dinding berbentuk layang-layang dengan ukuran luas 420 cm2. Jika salah satu diagonalnya berukuran 28 cm tentukanlah ukuran diagonal yang lainnya!
Lembar Kerja Siswa
- Sebuah bangun berbentuk layang-layang dengan panjang diagonal 1(d1) berukuran 18 cm dan diagonal 2 (d2) berukuran 16 cm. Tentukan luas bangun tersebut !
- Layang-layang memiliki luas 280 cm2 dan salah satu diagonalnya berukuran 20 cm. Tentukan ukuran diagonal yang lain!
- Deni akan membuat layang-layang. Dua potong bambu yang Deni pakai berukuran 30 cm dan 22 cm. Apabila layangan sudah jadi, berapakah luasnya?
- Aldo memiliki kertas berukuran 60 cm x 100 cm. Kertas itu ia gunakan untuk membuat 6 buah layang-layang yang berukuran 36 cm x 40 cm. Berapa luas kertas yang tersisa?
- Di rumah Mira terdapat hiasan dinding berbentuk layang-layang dengan ukuran luas 420 cm2. Jika salah satu diagonalnya berukuran 28 cm tentukanlah ukuran diagonal yang lainnya!
Sabtu, 12 November 2016
proposal penelitian jadi
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING TERHADAP
CORIOUSITY DAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS III DI SDI MIFTAHUL HUDA
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia
menerapkan kurikulum 2013 pada awal tahun pelajaran 2014/2015. Kurikulum 2013 diterapkan di Indonesia dengan tujuan agar nantinya
output atau lulusan dapat menghadapi era globalisasi. Kurikulum 2013 berbeda
dengan KTSP yang outputnya dipersiapkan agar siap memasuki dunia kerja. Kurikulum
2013 merupakan salah satu reformasi pendidikan Indonesia yang dilakukan oleh
kemendikbud dibawah pimpinan M. Nuh dengan harapan agar pendidikan di Indonesia
menjadi lebih baik. Dalam kurikulum 2013 pembelajaran bersifat tematik serta
dihubungkan dengan kehidupan siswa. Pembelajaran tematik pada K13 menghilangkan
batas-batas antar pelajaran dan pembelajarannya bersifat tematik terpadu yang
dihubungkan dengan kehidupan siswa sehari-hari.
Reformasi
pendidikan Indonesia lewat kurikulum 2013 tidak bertahan lama. Harapan
pemerintah untuk memperbaiki pendidikan Indonesia lewat kurikulum 2013 belum
berjalan lancar, pasalnya kurikulum ini mendeg ditengah jalan. Menteri
pendidikan Anis Beswedanpun juga mengaku binggung dengan kurikulum 2013.[1]Akhirnya
kurikulum 2013 diganti dengan KTSP kembali. Kurikulum 2013 yang digadang-gadang
akan memajukan pendidikan Indonesiapun akhirnya dihentikan. Kurikulum baru
tersebut sudah tidak diberlakukan lagi pada tahun 2015.
Indonesia menduduki
peringkat ke 69 dari dari 127 negara di dalam bidang pendidikan.[2]Hal
ini diukur dari tes tingkat tingkat
pemahaman siswa yang diadakan oleh HDI. Rata-rata siswa Indonesia dapat
menghafal materi pembelajaran dengan tepat, tetapi, saat diberikan soal
penerapan banyak siswa kurang mengerti. Fenomena tersebut disebabkan karena
pembelajaran di Indonesia yang hanya mengedepankan hafalan teori.
Orientasi
pendidikan cenderung memperlakukan peserta didik sebagai objek atau klien, guru
berfungsi sebagai pemegang otoritas keilmuan dan indoktrinator, materi bersifat
subjek oriented, dan manejement bersifat sentralis. Orientasi pendidikan yang
kita gunakan tersebut menyebabkan praktek pendidikan kita mengisolir diri dari
kehidupan riil yang ada di luar sekolah, kurang relevan antara apa yang
diajarkan dengan kebutuhan dalam pekerjaan, dan terlalu terkonsentrasi pada
pengembangan intelektual yang tidak berjalan dengan pengembangan individu
sebagai satu kesatuan yang utuh dan berkepribadian. Proses belajar mengajar
didominasi dengan tuntutan untuk menghafalkan dan menguasai pelajaran sebanyak
mungkin untuk menghadapi ujian atau tes, dimana pada saat itu anak didik harus
mengeluarkan apa yang telah dihafalkan. [3]
Jika pendidikan di
Indonesia terus berjalan seperti yang telah diuraikan diatas, maka harapan
pemerintah agar Indonesia dapat memasuki era global akan pupus. Indonesia telah
tertinggal dari Negara-negara lain yang dapat menghasilkan teknologi-teknologi
maju. Harapan masyarakat Indonesia adalah bahwa pendidikan Indonesia dapat
meningkatkan kesejahteraan warga nagara, hal ini juga sejalan dengan UU RI no.
20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab I pasal I menyebutkan
bahwa:
Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan Negara. [4]
Sedangkan dalam
pembelajaran, IPA sangat berperan penting dalam proses pendidikan dan juga
perkembangan teknologi, karena IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat
siswa siswi serta kemampuan dalam mengembangkan Ilmu pengetahuan dan teknologi
serta pemehaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum
terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil penemuannya dapat
dikembangkan menadi Ilmu Pengetahuan Alam yang baru dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian IPA memiliki peran yang sangat
penting.Kemajuan IPTEK yang begitu pesat sangat mempengaruhi perkembangan dalam
dunia pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan di Negara-negara
maju.[5]
Solusi lain untuk mewujudkan keinginan pemerintah dan masyarakat
Indonesia dalam rangka menyongsong masa depan untuk menciptakan generasi yang
tangguh dalam menghadapi era global, yaitu dengan cara meningkatkan rasa
Coriousity siswa. Jika siswa mempunyai rasa coriousity yang tinggi, maka
diharapkan siswa mempunyai pengetahuan yang tinggi. Coriousity yang tinggi
dapat mendorong siswa untuk melakukan berbagai kegiatan untuk memecahkan
masalah yang ada di sekitarnya. Abdullah Aly menyatakan bahwa rasa ingin tahu
yang terus berkembang pada siswa akan menimbulkan perbendaharaan pada diri
manusia.
Sikap ingin tahu
merupakan suatu sikap yang sangat berpengaruh terhadap pemerolehan pengetahuan.
Keingintahuan dapat mendorong siswa untuk mendapatkan pengalaman baru dan
belajar terhadap apa yang ada di sekitarnya. Menurut Hendro Darmojo dan jenny
Kaligis Sikap ingin tahu atau curiosity dapat diartikan sebagai suatu
sikap yang selalu ingin mendapatkan jawaban yang benar dari obyek yang diamati.
Coriousity yang
tinggi perlu ditumbuhkan pada semua mata pelajaran, khususnya mata pelajaran
IPA. Pelajaran IPA memuat berbagai unsur seperti fakta IPA, konsep, sampai
dengan produk. Saat rasa ingin tahu siswa tinggi, maka siswa akan antusias
dalam pembelajaran. Hal ini menimbulkan rasa cinta keilmuan yang tinggi pula
pada siswa. Sehingga rasa coriousity yang tinggi perlu ditumbuhkan sedari siswa
SD agar nantinya dapat berkelanjutan hingga SMP, SMA dan sampai perguruan
tinggi.
Coriousity atau
rasa ingin tahu yang tinggi juga dapat kita temui pada peneliti-peneliti muslim
pada zaman dahulu seperti Imam Al Ghazali yang mampu menulis banyak karya dan
masih dikaji hingga sekarang, hal tersebut karena rasa cinta kepada ilmu
pengetahuan serta coriousity yang tinggi. Ibnu Sina atau yang di barat di kenal
dengan Avicena yang dijuluki sebagai The prince of Psisiscience yang telah
berkontribusi besar terhadap perkembangan dunia medis, serta hasil karyanya
dijadikan rujukan untuk pengembangan dunia kedokteran. Tokoh-tokoh tersebut
tidaklah lepas dari rasa cinta mereka terhadap ilmu pengetahuan serta rasa
coriousity yang tinggi sehingga dapat menghasilkan karya yang fenomenal dan
dapat berguna hingga sekarang.
Guru harus berusaha semaksimal mungkin untuk
meningkatkan rasa ingin tahu siswa. Untuk mencapai hal tersebut, tidaklah
mudah, karena ada banyak kualifikasi kualifikasi yang harus di kuasai oleh seorang Guru agar dapat
menjadai Guru yang professional. Peningkatan rasa coriousity pada diri siswa
sangat tergantung pada motivasi dari Guru serta pembelajaran yang disampaikan
oleh Guru. Oleh karena itu guru merupakan subyek penting dalam pengembangan
rasa coriousity pada diri siswa.
Profesionalisasi guru,
telah banyak dilakukan,
namun pelaksanaannya masih dihadapkan
berbagai kendala, baik
dilingkungan Depdiknas maupun dilembaga pencetak
guru. Kendala yang
melekat di depdiknas
misalnya, adanya gejala kekurang
seriusan dalam menangani
permasalahan pendidikan,
seperti juga menangani
masalah guru gejala
tersebut anatara lain
adanya ketidaksinambungan antara berbagai program peningkatan kualitas
pendidikan dan kualitas guru
yang ditangani oleh
berbagai direktorat dilingkungan depdiknas; serta tidak adanya
fokus dalam peningkatan kualitas guru.[6]
Guru di SD menggunakan
metode tradisional yaitu ceramah atau demonstrasi. Siswa menjadi tidak semangat dan kurang
berpatisipasi aktif dalam pembelajaran. Siswa malas membaca dan mengkaji bidang
studi IPA. Ceramah memang sebagai aspek penting dalam pembelajaran.Dapat
dikatakan ceramah merupakan merupakan ruhnya dalam pembelajaran. Bisa kita
bayangkan pembelajaran tanpa ceramah? Menjadi pembelajaran apa? Dalam semua
pembelajaran tidak lepas dari metode ceramah.
Akan tetapi ada berbagai macam tipe ceramah. Ada ceramah yang biasa
yang membuat siswa menjadi bosan. Ada ceramah yang menggebu-ngebu yang
membangkitkan semangat siswa. Bahkan ada ceramah yang dapat membuat ngantuk
siswa-siswa nya bahkan hingga tertidur di dalam kelas. Metode pembelajaran yang
baik adalah yang dapat membangkitka siswanya menjadi cinta terhadap mata
pelajaran yang disampaikan olah guru.
Dengan metode pembelajaran yang baik yang diterapkan oleh guru
kepada siswa diharapkan dapat mendongkrak rasa coriousity siswa atau rasa ingin
tahu siswa. Sehingga nantinya banyak siswa yang bukan hanya menghafal mata
pelajaran IPA tetapi juga dapat menghasilkan produk-produk IPA yang bermanfaat
yang dapat digunakan oleh masyrakat Indonesia.Seperti contoh seorang siswa yang
bernama raja Jafar dapat membuat E Waste atau tempat sampah elektronik.
Berawal dari tugas sekolah, Rafa Jafar (13), yang akrab dipanggil
RJ, memprakarsai gerakan membuang sampah elektronik dengan membuat kotak
e-Waste.
"e-Waste adalah tempat sampah untuk sampah elektronik. Kalau
dibuang sembarangan, racun B3 dalam sampah elektronik akan tersebar,"
katanya kepada ANTARA News di Jakarta, Minggu.Siswa tingkat pertama SMP
Labschool itu awalnya mendapat tugas saat masih di bangku sekolah dasar.Karena
ketertarikannya kepada teknologi, terutama gadget, RJ kemudian memikirkan nasib
gadget yang tak lagi dipakai."Kalau dibuang, susah terurai. Kalau disimpan
di laci bertahun-tahun akan membusuk, bahkan beracun.[7]
Siswa bernama Raja Jafar diatas merupakan contoh siswa berprestasi.
Anak tersebut menciptakan inofasi yang belum pernah dipikirkan seseorang
sebelumnya. Anak-anak seperti inilah yang dibutuhkan oleh masyarakat kita untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang ada di Indonesia. Keberhasilan seorang siswa
tidak terlepas dari guru yang kreatif dan inofatif pula. Guru yang baik salah
satu indikasinya adalah guru yang dapat mengembangkan pembelajaran dengan
metode yang sesuai dengan karakter peserta didiknya. Ada banyak metode
pembelajaran salah satunya adlah metode quantum teaching.
Quantum Teaching adalah metode pembelajaran yang sudah dikembangkan
oleh salah satu ahli pendidikan yang bernama Lazanov yang telah diujikan kepada
banyak siswa di negaranya. Quantum teaching dapat mempermudah siswa dalam
memahami berbagai macam mata pelajaran dikarenakan model pembelajaran tersebut
merupakan salah satu model pembelajaran bermakna. Selain itu model pembelajaran
ini adalah model pembelajaran yang menyenangkan sehingga cocok diterapkan pada
anak SD atau MI yang masih senang bermain.
Peneliti ingin menerapkan metode pembelajaran Quantum teaching di
SDI Miftakhul Huda dengan tujuan untuk lebih meningkatkan coriousity serta
prestasi belajar siswa di SDI Miftahul Huda. Jika coriousity meningkat maka
akan meningkatkan kecintaan ilmu
pengetahuan kepada siswa SDI Miftahul Huda.Dengan rasa coriousity yang tinggi
diharapkan siswa dapat menghasilkan produk-produk IPA yang bermanfaat seperti
contoh diatas. Dari penjelasan diatas penelti menganggap permasalahan ini
penting dan perlu untuk diteliti.
B.
Identifikasi dan Pembatasan Masalah
1.
Identifiksi Masalah
Adapun identifikasi
masalah pada penelitian dengan judul “
Efektifitas Model Pembelajaran Quantum Teaching
Untuk Meningkatkan Coriousity Serta Prestasi Belajar Peserta Didik Kelas
III SDI Miftahul Huda Plosokandang Kedungwaru Tulungagung” adalah sebagai
berikut :
a. Quantum Teaching
Quantum merupakan Interaksi
yang mengubah energi menjadi cahaya dengan demikian Quantum Teachingadalah
orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan disekitar momen
belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif
yang mempengaruhi kesuksesan siswa, yang mengubah kemampuan dan bakat alamiah
siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka.[8]
b. Coriousity Siswa
Curiosity adalah perasaan ingin tahu
yang timbul dan dimiliki oleh manusia terhadap suatu hal yang belum ia dapatkan
penjelasan atau jawabannya. Rasa ingin tahu selalu muncul ketika
manusia dihadapkan
pada fenomena alam yang dirasakannya
dimana fenomena alam yakni sebagai salah satu aspek dari alam semesta. Alam semesta merupakan suatu media
yang di dalamnya mengandung banyak misteri yang jawabannya belum terungkap. Curiosity
manusia dapat mengubah no thing (sesuatu yang tidak ada) menjadi know
a lot of thing
(mengetahui lebih banyak mengenai sesuatu).[9]
c. Prestasi Belajar
Siswa
Prestasi belajar adalah hasil usaha
siswa yang dapat dicapai
berupa penguasan
pengetahuan, kemampuan kebiasaan
dan keterampilan serta
sikap setelah mengikuti proses pembelajaran yang dapat dibuktikan dengan hasil tes.
Prestasi belajar merupakan suatu hal yang dibutuhkan siswa untuk mengetahui
kemampuan yang diperolehnya dari suatu kegiatan yang disebut belajar.[10]
2.
Pembatasan masalah
Melihat permasalahan
diatas, maka penelitian akan bibatasi pada keefektifan metode quantum teaching
dalam meningkatkan coriousity dan prestasi belajar peserta didik di kelas III
di SDI Miftahul Huda Plosokandang Kedungwaru Tulungagung. Batasan
penelitian yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.
Sampel
yang akan digunakan penelitian adalah siswa kelas III A dan siswa kelas III B
SDI Miftahul Huda Plosokandang Tulungagung.
b.
Penelitian
dilakukan pada siswa kelas III SDI Miftahul Huda Plosokandang, Kedungwaru
Tulungagung.
c.
Ruang
lingkup penelitian ini adalah pada pelajaran IPA kalas III di SDI Miftahul
Huda.
d.
Variable
bebas (independent variable), atau variable stimulus, predictor, antecendent
dalam penelitian ini adalah Quantum teaching.
e.
Variable
terikat (dependent variable) adalah
dalam penelitian ini adalah coriousity dan prestasi belajar siswa.
C.
Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka fokus peneliti adalah
sebagai berikut:
1.
Bagaimana
peningkatan coriousity siswa pada mata pelajaran IPA kelas III di SDI Miftahul
Huda setelah menggunakan metode pembelajaran Quantum Teaching?
2.
Bagaimana
hasil prestasi belajar siswa setelah menggunakan metode quantum teaching?
3.
Bagaimana
hubungan antara coriousity siswa dengan prestasi belajar siswa?
D.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah peneliti diatas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.
Untuk
mendeskripsikan peningkatan rasa ingin tahu (Coriousity) siswa pada mata
pelajaran IPA di kelas III SDI Miftahul Huda.
2.
Untuk
memaparkan prestasi belajar siswa kelas III SDI Miftahul Huda setelah
menggunakan metode quantum teaching.
3.
Untuk
menjelaskan hubungan antara coriousity pada siswa dengan prestasi belajar
siswa.
E.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah “jika model pembelajaran
quantum teaching diterapkan pada mata pelajaran IPA maka coriousity dan
prestasi belajar siswa akan meningkat. Ada hubungan yang signifikan antara
coriousity siswa dengan prestasi belajar siswa”
F.
Kegunaan Penelitian
Manfaat penelitian adalah sebagai berikut:
1.
Manfaat Teoritis
Hasil
penelitian ini dapat memberikan informasi dan sumbangan untuk memperkaya khazanah ilmiah tentang cara mengatasi
permasalahan yang ada dalam proses belajar mengajar IPA, terutama dalam hal meningkatkan
rasa ingin tahu (coriousity) siswa dengan metode quantum teaching di kelas.
2.
Manfaat Praktis
Hasil
penelitian ini dapat berguna bagi:
a.
Bagi
Kepala SDI Miftahul Huda Plosokandang Tulungagung
Dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi lembaga pendidikan,
khususnya SDI Miftahul Huda Plosokandang Tulungagung, untuk meningkatkan
coriousity siswa, secara tidak langsung dapat digunakan sebagai alat evaluasi
metode pembelajaran yang sudah ada, sehingga dapat menjadikan siswa lebih aktif
dalam proses pembelajaran dan meningkatkan kecintaan siswa pada ilmu
pengetahuan khususnya pada mata pelajaran IPA.
b.
Bagi
Guru SDI Miftahul Huda
Dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam menyusun
kegiatan pembelajaran yang aktif, menyenangkan dan tentunya bermakna bagi siswa
sehigga pembelajaran berguna bagi kehidupan siswa baik sekarang dan masa yang
akan datang.
c.
Bagi
Siswa SDI Miftahul Huda
Dengan meggunakan metode pembelajaran Quantum teacing diharapkan
dapat meningkatkan rasa coriousity siswa serta agar siswa lebih bersemangat,
dan lebih aktif dalam mata pelajaran IPA.
d.
Bagi
Peneliti
Bagi penulis yang mengadakan penelitian ini, penelitian dapat
digunakan untuk menambah wawasan tentang meningkatkan mutu pendidikan melalui
pengembangan metode Quantum Teaching dalam pembelajaran IPA di sekolah.
e.
Bagi
Perpustakaan IAIN Tulungagung
Dapat digunakan sebagai bahan wawasan dan pengetahuan tentang
system pembelajaran di sekolah, khususnya di tingkatan Madrasah Ibtidaiyah.
Selain itu dapat digunakan sebagai bahan kajian dan sumbangan pemikiran bagi
upaya pengembangan Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, khususnya pada
pengembangan konsep, metode belajar, sehingga dapat bermanfaat sebagai
referensi dalam memilih dan menerapkan suatu metode pembelajaran.
f.
Bagi
pembaca/peneliti lain
Untuk menembah wawasan, sikap dan pengalaman sebagai upaya
peningkatan kualitas profesi sebagi pengajar IPA dan mata pelajran lainnya.
G.
Penegasan istilah
Pada bagian ini akan dikemukakan
definisi rentang konsep (kata) yang ada pada judul penelitian dan rumusan
masalah. Adapun definisi istilah tersebut adalah:
1.
Model
Pembelajaran
Model merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk mecapai
tujuan pembelajaran yang diharapkan. Joyce dan Weil berpendapat bahwa model
pembelajaran suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk
kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan
pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran
dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru bolah memilih model
pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.[11]
2.
Quantum
Teaching
Pembelajaran quantum
teaching adalah perubahan pembelajaran yang
meriah, dengan segala
nuansanya dan menciptakan lingkungan belajar
yang efektif. Penggunaan metode
pembelajaran yang menarik tentunya akan membuat siswa senang dengan pelajaran
yang sedang diikutinya.
3.
Coriousity
Curiosity adalah perasaan ingin tahu yang timbul dan dimiliki oleh
manusia terhadap suatu hal yang belum ia dapatkan penjelasan atau jawabannya.
Curiosity manusia dapat mengubah no thing (sesuatu yang tidak ada) menjadi know
a lot of thing (mengetahui lebih banyak mengenai sesuatu).
4.
Prestasi
Belajar
Hasil yang dapat dicapai seorang siswa setelah melaksanakan proses
belajar.
5.
Ilmu
Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ialah ilmu yang mempelajari makhluk
hidup, bumi beserta isinya baik yang ada di dalam perut bumi ataupun di luar
angkasa.
H.
Sistematika Pembahasan
Proposal
penelitian ini dibagi atas beberapa bagian. Bagian pertama adalah
pendahuluan. Pada bagian ini diuraikan latar belakang penelitian,
permasalahan-permasalahan yang tercakup pada penelitian yang mencakup
identifikasi dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, hipotesis dari
penelitian, kegunaan penelitian serta penegasan istilah serta batasan dan ruang
lingkup dari penelitian. Dan dibagian akhir diuraikan sistematika penyajian
laporan penelitian.
Bagian kedua
berisi tinjauan pustaka. Pada bagian ini dipaparkan teori-teori serta pustaka
yang dipakai pada waktu penelitian. Teori-teori ini diambil dari buku literatur
dan dari internet. Teori yang dibahas meliputi teori tentang penelitian model pembelajaran,
Quantum teaching, coriousity atau rasa ingin tahu, serta prestasi belajar
siswa.
Bagian ketiga memaparkan langkah-langkah yang
digunakan untuk membahas permasalahan dalam penelitian. Pada bagian ini
dijelaskan alat dan metoda yang digunakan untuk melakukan perencanaan
penelitian meliputi: Rancangan Penelitian, Variabel Penelitian, Populasi dan
Sampel Penelitian, Kisi-Kisi Instrumen, Instrumen Penelitian serta Data dan
Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data serta Analisis Data.
LANDASAN TEORI
I.
Deskipsi Teori
1.
Model
Pembelajaran
Menurut
Joyce dan Weil yang dikutip oleh Rustam dalam bukunya Model-Model Pembelajaran
menyatakan bahwa model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai
prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran
berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis,
analisis system, atau teori lain yang mendukung.[12]
Ada
beberapa dasar dalam mempertimbangkan pemilihan model pembelajaran yang akan
digunakan dalam kegiata pembelajaran yaitu:
1)
Pertimbangan
terhadap tujuan yang hendak dicapai. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan
adalah:
a. Apakah
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan kompetensi akademik,
kepribadian, sosial, dan kompetensi vokasional atau yang dulu diistilahkan
dengan domain kognitif, afektif atau psikomotorik?
b. Bagaimana
kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai?
c. Apakah
untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademik?
2)
Pertimbangan
yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:
a. Apakah
materi pembelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori tertentu?
b. Apakah
untuk memepelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat atau tidak?
c. Apakah
tersedia bahan atausumber-sumber yang relevan untuk mempelajari materi itu?
3)
Pertimbangan
dari sudut peserta didik atau siswa
a. Apakah
model pembelajaran sesuai dengan tingkat kemetangan peserta didik?
b. Apakah
model pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi peserta didik?
c. Apakah
model pembelajarn itu sesuai dengan gaya belajar peserta didik?
4)
Pertimbangan
lainnya yang bersifat nonteknis
a. Apakah
untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu model saja?
b. Apakah
model pembelajaran yang kita gunakan dianggap sebagai satu-satunya model yang
dapat digunakan?
c. Apakah
model pembelajaran itu memiliki nilai efektifitas atau efisiensi?[13]
2.
Quantum
Teaching
Pembelajaran
kuantum (Quantum Teaching) diciptakan berdasarkan teori-teori pendidikan seperti Accelerated Learning dari Lozanov, Multiple Intelegences dari Garder, Neuro-Linguistic Programming dari Grinder
dan Bandler, Experiental Learning dari Hahn, Socratic Inquiry ,Cooperative
Learningdari Johnson dan
Johnson, dan Element of
Effective Instruction dari Hanter.
Pembelajaran quantum adalah
pengubahan belajar yang
meriah dengan segala nuansanya.
Kata quantum berarti
interaksi yang mengubah energy menjadi cahaya,
dengan demikian quantum teaching adalah pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada
di dalam dan di sekitar momen belajar. Komponen-komponen Pembelajaran Kuantum
(Quantum Teaching)
Sintaks
Kerangka
rancangan pembelajaran kuantum dikenal dengan istilah TANDUR, yang di
dalamnya memiliki 6
tahap atau fase
yaitu Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan
Rayakan.
a. Tumbuhkan
berarti menumbuhkan minat belajar
siswa dengan cara
memberitahukan manfaat
materi yang akan
dipelajari. Alami berarti guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk memperoleh pengalaman-pengalaman umum yang
dapat dimengerti oleh
mereka. Namai berarti guru menyediakan
kata-kata kunci, konsep, rumus yang merupakan materi utama yang menjadi
pesan pembelajaran. Demonstrasikan berarti
guru menyediakan kesempatan
bagisiswa untuk dapat
menunjukkan kemampuannya. Ulangi
berarti guru menunjukkan kepada
siswa cara-cara mengulang
materi dan menegaskan bahwa mereka
benar-benar tahu akan
apa yang dipelajari
b. Rayakan berarti guru
memberikan pengakuan atas
upaya yang telah
dilakukan siswa dalam menampilkan penyelesaian,
partisipasi, pemerolehan keterampilan,
dan ilmu pengetahuannya.
Prinsip Reaksi
Dalam pembelajaran
kuantum ada lima
prinsip dasar yang mempengaruhi terciptanya lingkungan
belajar yang kondusif.
Adapun kelima prinsip dasar
tersebut adalah: (1)
Prinsip segalanya berbicara
berarti seluruh lingkungan kelas membawa pesan ke pebelajar. (2) Prinsip
segalanya bertujuan berarti semua pembelajaran haruslah mempunyai tujuan-tujuan
yang jelas. (3) Prinsip
pengalaman sebelum pemberian
nama berarti sebelum mendefinisikan, membedakan, siswa
terlebih dahulu telah memiliki atau telah diberikan pengalaman
informasi yang terkait
dengan upaya pemberian
nama tersebut. (4) Prinsip
akui setiap usaha
berarti apapun usaha
yang telah dilakukan siswa
haruslah mendapat pengakuan
dari guru maupun
siswa lainnya. (5) Prinsip
jika layak dipelajari
maka layak dirayakan
berarti setiap usaha belajar
yang dilakukan layak
untuk dirayakan untuk
memberi umpanbalik dan
meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar.
c. Sistem
Sosial
Pembelajaran Quantum
dibangun berdasarkan asas “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita,
dan Antarkan Dunia
Kita ke Dunia
Mereka” ,memberikan
pengertian bahwa hubungan
antara guru dengan
siswa harussaling mendukung.
Guru memasuki dunia
siswa sebagai upaya
memperoleh ijin untuk memimpin,
menuntun, dan memudahkan
siswa untuk memahami ilmu pengetahuan.Upaya ini dilakukan
antara lain dengan mengaitkan secara langsung
konsep-konsep yang akan
dikaji dengan peristiwa
sehari-hari atau dari pengalaman
sehari-hari mereka.
Dengan pengertian
yang lebih luas
dan mendalam berdasarkan interaksi
tersebut, siswa akan
dapat membawa apa yang
mereka pelajari ke
dalam dunia mereka
dan menerapkannya dalam situasi baru. Untuk mendukung
terciptanya komunitas belajar
yang efektif dan menyenangkan, maka
dalam penerapan model
pembelajaran kuantum diperlukan beberapa alat
atau media seperti
kartu penghargaan, danLembar Keja
Siswa (LKS). Melalui penerapan pembelajaran
quantum, dampak instruksional
yang diperoleh adalah siswa-siswa
diharapkan memiliki pemahaman
konseptual yang memadai terkait
dengan konsep-konsep yang dipelajari.
Dampak pengiring yang
diperoleh adalah nilai-nilai
positif dalam membangkitkan kesadaran akan pengetahuan
yang relevan dan sikap kritis siswa dalam belajar.[14]
Model Quantum Learning adalah
suatu model yang mencakup
baik teori pendidikan
dan pelaksanaan di kelas. Penelitian terintegrasi berbasis praktek terbaik
dibidang pendidikan.[15]
Tujuan pokok
pengajaran Quantum ialah meningkatkan partisipasi melalui penggubahan keadaan,
meningkatkan motivasi dan minat
belajar melalui penerapan
kerangka rancangan
TANDUR" (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstarikan, Ulangi,
Rayakan).Penelitian menunjukkan bahwa
suasana kelas adalah penentu
psikologi utama yang mempengaruhi belajar akademik. Pada
dasarnya kelas adalah arena belajar yang dipengaruhi oleh emosi, itu
sebabnya inovator Quantum Teaching menyarankan
agar kita berupaya menciptakan suasana
kelas melalui niat,hubungan dan
ketakjuban, pengambilan resiko, rasa memiliki dan keteladanan.[16]
Quantum
Teaching berasal dari dua kata yaitu “Quantum” yang berarti interaksi yang
mengubah energi menjadi cahaya dan “Teaching” yang berarti mengajar. Dengan
demikian maka Quantum Teaching adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang
ada didalam dan disekitar momen belajar. Jadi Quantum Teaching dapat
menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan
unsur-unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi
yang terjadi di dalam kelas.[17]
3.
Coriousity
(rasa ingin tahu) siswa
Sikap keingintahuan (Curiosity) didefinisikan sebagai
keinginan dan kebutuhan seseorang untuk
memperoleh jawaban darisuatu
pertanyaan atau hal-hal
yang menimbulkan keingintahuan yang
mendalam. Sikap keingintahuan dapat menumbuhkan motivasi internal
untuk belajar dan
memahami tentang sesuatu
hal, sehingga keingintahuan (Curiosity) dapat dikembangkan
dalam proses pembelajaran pembelajaran IPA.
Motivasi siswa akan
timbul apabila ditingkatkannya keingintahuan(Curiosity)dalam diri
siswa, karena keingintahuan (Curiosity)
adalah pondasi untuk melakukan proses pembelajaran. Sikap ingin
tahu dapat diartikan
sebagai suatu sikap
yang selalu ingin mendapatkan jawaban
yang benar dari obyek yang diamati.
[18]
Manusia
juga mempunyai naluri seperti seperti tumbuhan dan hewan, tetapi mempunyai
akal-budi, sehingga rasa ingin tahu itu tidak tetap sepanjang zaman.Manusia
mempnyai rasa ingin tahu yang berkembang. Rasa ingin tahu manusia tidak pernah
dapat dipuaskan. Apabila suatu masalah dapat dipecahkan, maka akan timbul
masalah lain yang menunggu pemecahannya. Manusia bertanya terus, setelah tahu
apanya maka ingin tahu bagaimananya dan mengapanya manusia mampu menggunakan
pengetahuan yang telah lama diperoleh untuk dikombinasikan dengan pengetahan
yang baru, menjadi pengetahuan yang lebih baru lagi.Hal yang demikian
berlangsung berabad-abad, sehingga terjadi akumulasi pengetahuan.[19]
Rasa
ingin tahu mendorong manusia untuk melakukan berbagai kegiatan yang bertujuan
untuk mencari jawaban atas berbagai persoalan yang muncul didalam pikirannya. Kegiatan
yang dikukan manusia itu kadang-kadang kurang serasi dengan tujuannya sehingga
tidak dapat menghasilkan pemecahan. Tetapi kegagalan biasanya tidak menimbulkan
rasa putus asa, bahkan seringkali membangkitkan semanagat yang lebih
menyala-nyala untuk memecahkan persoalan. Kegiatan untuk mencari pemecahan
dapat berupa:
a. Penyelidikan
langsung
b. Penggalian
hasil-hasil penyelidikan yang sudah pernah diperoleh orang lain, ataupun
c. Kerjasama
dengan penyelidik-penyelidik lain yang juga sedang memecahkan masalah yang sama
atau sejenis yang juga sedang memecahkan soal yang sama atau sejenis.[20]
Karakter rasa
ingin tahu merupakan
salah satu nilai
pendidikan karakter yang diprogramkan oleh Kemendiknas untuk
dikembangkan dalam diri siswa. Karakter rasa ingin tahu penting dimiliki
oleh siswa sebagai
insan yang menuntut
ilmu. Siswa yang
memiliki keingintahuan yang tinggi
terhadap materi dapat
menyebabkan ilmunya jauh
lebih banyak dibandingkan dengan
siswa yang hanya menunggu penjelasan dari guru. Hal tersebut tentu akan
berdampak pada hasil
belajar yang diperoleh
siswa.[21]
4.
Prestasi
Belajar Siswa
Prestasi adalah
hasil dari suatu
kegiatan yang
telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun
secara kelompok. Sedangkan menurut Mas’ud
HasanAbdul Dahar bahwa
prestasi adalah apa
yang telah dapat
diciptakan, hasil pekerjaan,
hasil yang menyenangkan
hati yang diperoleh
dengan jalan keuletan kerja.[22]
Winkel, mengemukakan bahwa
prestasi belajar merupakan
bukti keberhasilan yang
telah dicapai oleh
seseorang.Maka prestasi belajar
merupakan hasil maksimum
yang dicapai oleh
seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha
belajar. Sedangkan menurur
Arif Gunarso mengemukakan
bahwa prestasi belajar
adalah usaha maksimal
yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan
usaha-usaha belajar. Hasil belajar adalah menunjuk pada
prestasi belajar, sedangkan
prestasi belajar itu
merupakan indikator adanya dan
derajat perubahan tingkah laku siswa.[23]
J. Penelitian
Terdahulu
Dasar atau acuan yang
berupa teori-teori atau temuan-temuan
melalui hasil berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu
dan dapat dijadikan sebagai data pendukung. Salah satu data pendukung yang
menurut peneliti perlu dijadikan bagian tersendiri adalah penelitian terdahulu
yang relevan dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini. Dalam hal ini, fokus penelitian
terdahulu yang dijadikan acuan adalah
terkait dengan masalah peningkatan coriousity atau rasa ingin tahu siswa. Oleh karena itu, peneliti melakukan langkah
kajian terhadap beberapa hasil penelitian berupa tesis dan jurnal-jurnal
melalui internet.
Berdasarkan penelitian
terdahulu menyatakan bahwa model pembelajaran Quantum Teaching sangat
bermanfaat bagi siswa dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Tetapi
peneliti belum menjumpai bahwa penelitian dengan variabel Quantum teaching yang
berpengaruh pada tingkat ingin tahu siswa atau coriousity siswa dalam mata
pelajaran IPA ataupun dalam mata pelajaran yang lain. Karena kebanyakan
peneliti dalam mata pelajaran IPA untuk meningkatkan coriousity siswa digunakan
model pembelajara discovery learning.
K. Kerangka
Konseptual/ Kerangka Berfikir
Permaslahan yang dialami
siswa dalam mata pelajaran IPA adalah kurangnya rasa ingin tahu siswa. Hal ini
menyebabkan pembelajaran hanya dengan menghafal teori-teori yang ada didalam
buku pembelajaran saja. Disusul model pembelajaran yang diterapkan oleh guru
yang dinilai kurang bervariasi. Model pembelajaran yang bervariasi sangat
diperlukan bagi anak usia SD atau MI. pada usia ini anak masih dalam tahap operasional
konkrit dimana anak meniru semua yang ada di sekitarnya. Pada tahap ini pula,
anak-anak masih senang bermain. Oleh karena itu diperlukan pembelajaran yang
menyenangkan untuk membangkitkan rasa coriousity pada siswa.
Prestasi belajar siswa
kebanyakan hanya dicapai pada bidang akademik saja. Atau dengan kata lain
prestasi belajar siswa kebanyakan hanya pada taraf menghafal teori didalam buku
pelajaran. Dari permasalahan tersebut peneliti berasumsi bahwasnya model
pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan coriousity siswa serta dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian diatas
alur pemikiran pengaruh model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan
coriousity serta prestasi belajar siswa dapar digambarkan seperti dibawah ini:
QUANTUM TEACHING
|
PENINGKATAN
CORIOUSITY SISWA
|
PENINGKATAN
PRESTASI BELAJAR SISWA
|
METODE PENELITIAN
L.
Rancangan Penelitian
1.
Pendekatan Penelitian
Penelitian
menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan penelitian kuantitatif didasari oleh
filsafat positivisme yang memandang setiap realitas/gejala/fenomena itu dapat
diklasifikasikan, relative tetap, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan
gejala bersifat sebab akibat. Karena itu, sebelum dilakukan penelitian dapat
disusun dan dirancang secara detail dan tidak akan berubah-ubah selama
penelitian berlangsung.
Terdapat
beberapa jenis desain eksperimen, dalam rancangan penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimental Designs atau desain
eksperimen semu. Desain eksperimen semu melakukan suatu cara untuk
membandingkan kelompok.[24]
Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan Nonequivalent Control Group Design. Desain ini memiliki kelompok Kontrol, tetapi
tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Penggunaan design eksperiment ini karena pada kenyataan sulit mendapatkan
kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian.[25] Rancangan penelitian,
digambarkan dalam Tabel 1.1[26]
Tabel 1.1 Pola Rancangan Nonequivalent Contol
Group Design
O1 X O2
O3 O4
Keterangan:
1 = Pre-test pada kelompok eksperimen
2
=Post-test pada elompok
eksperimen
3 = Pre-test pada kelompok kontrol
4 =
Post-test pada kelompok control
X
= Perlakuan (treatment)
Subjek penelitian merupakan
kelompok-kelompok yang memiliki kemampuan yang sama. Kelompok eksperimen
diberikan perlakuan (treatment)
berupa model pembelajaran quantum teaching pada mata pelajaran IPA.
2.
Jenis Penelitian
Penelitian
yang akan dilaksanakan oleh peneliti adalah penelitian kuantitatif
eksperimental, lebih spesifiknya lagi peneliti menggunakan jenis penelitian
Kuantitatif eksperimental semu atau kuasi. Penelitian kuantitatif adalah
penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif-induktif, artinya
pendekatan yang berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, maupun
pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, kemudian di kembangkan menjadi
permasalahan beserta pemecahan yang diajukan untuk memperoleh pembenaran
(verifikasi) dalam bentuk dukungan data empiris di lapangan.
Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian nonequivalent control group design
dengan kelas menggunakan kelas control dan kelas eksperimen. Kelas IIIA sebagai
kelas control dan kelas III B sebagai kelas eksperimen.
M.
Variabel penelitian
1. Penerapan
metode Quantum Teaching sebagai variabel bebas (independent).
2. Curiosity
siswa dalam pembelajaran IPA sebagai variabel terikat (dependent.)
3. Prestasi
belajar siswa sebagai variable terikat (dependent).
N.
Populasi dan Sampel Penelitian
1.
Populasi Penelitian
Peneliti menetapkan populasi
dalam penelitian ini adalah siswa kelas III MI/ SDI di
Kecamatan Kedungwaru Tulungagung.
2.
Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah SDI Miftahul
huda dan lebih spesifiknya lagi siswa kelas III A dan kelas III B SDI Miftahul
Huda. Peneliti mengambil sampel dengan
teknik probability sampling yaitu dengan teknik cluster sampling atau area
sampling. Teknik sampling ini digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang
akan diteliti atau sumber data sangat luas.
Peneliti menetapkan sampel penelitian adalah di kecamatan
Kedungwaru Tulungagung. Ada 20 desa di kecamatan Tulungagung. Selanjutnya
peneliti memilih secara acak 10 desa yang akan dijadikan sampel peneliti.
Selanjutnya dipilih satu desa secara acak lagi, lalu dari satu desa tersebut
ditentukan satu MI atau SDI yang akan dijadikan sampel penelitian. Selanjutnya
memilih yang akan dijadikan sampel
penelitian. Peneliti memilih kelas III SDI Miftahul Huda sebagai sampel
penelitian. SDI Miftahul Huda mempunyai 2 kelas pada kelas III yaitu kelas A
dan kelas B. kelas A akan digunakan sebagai kelas control dan kelas B sebagai
kelas eksperimen.
O.
Kisi-Kisi Instrumen
Lembar
observasi dengan rubrik rating scale (skala penilaian) digunakan sebagai
penilaian unjuk kerja curiosity siswa selama mengikuti pembelajaran IPA
melalui penerapan Model Quantum Teaching Adapun kisi-kisi lembar
observasi curiosity siswa adalah sebagai berikut.
Bab
I Ciri-ciri dan Kebutuhan Makhluk Hidup
1.
Mengamati benda mati dan makhluk hidup di dalam
rumah, di pekarangan rumah, dan di dalam kelas, di halaman sekolah dan di jalan
raya!
No
|
Tempat
|
Makhluk
Hidup
|
Benda
Mati
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Di dalam rumah
Di pekarangan rumah
Di dalam kelas
Di halaman sekolah
Di jalan raya
|
|
|
2.
Mengelompokkan gambar yang bergerak menggunakan
sirip, sayap, kaki, dan perutnya.
3.
Meneliti pernapasan tumbuhan
Kegiataan:
meneliti pernapasan tumbuhan
Tujuan:
mengidentifikasi pernafasan tumbuhan
Siapkan:
alat tulis, tanaman dalam pot, plastik bening, dan karet gelang.
Langkah
kegiatan:
1.
Tutuplah sebagian atau seluruh bagian tanaman
dengan menggunakan plastik! Pilihlah bagian tanaman yang berdaun!
2.
Ikatlah plastik dengan menggunakan karet
gelang!
3.
Setelah tiga jam kemudian, amatilah tanaman
tersebut!
4.
Apa yang terjadi pada plastik? Mengapa plastik tampak
berembun?
5.
Coba kalian diskusikan dan simpulkan kegiatan
tersebut , lalu tuliskan dalam buku tulis!
Tabel
kisi-kisi soal pilihan ganda yang menunjukkan coriousity siswa dan prestasi
belajar siswa.
Variabel
Penelitian
|
Indikator
|
No.
item instrumen
|
Ciri-
ciri makhluk hidup dan makluk tak hidup
|
1.
Siswa dapat menjelaskan ciri-ciri makluk
hidup dengan tepat
2.
Siswa dapat menjelaskan ciri-ciri makhluk tak
hidup dengan tepat.
3.
Siswa dapat menggelompokkan antara makhluk
hidup dan makhluk tah hidup dengan tepat.
|
1, 2,
4, 5, 16
|
Pengelompokan
hewan dan tumbuhan
|
1.
Siswa dapat menggelompokkan hewan dengan
taksonomi sederhana.
2.
Siswa dapat menggelompokkan tumbuhan berdasarkan
jenisnya
|
3, 9,
10, 11, 12, 13, 18, 20
|
Cara
perkembangbiakan hewan dan tumbuhan
|
1.
Siswa dapat mengidentifikasi cara
perkembangbiakan pada tumbuhan
2.
Siswa dapat menggolongkan mana hewan yang
termasuk vivipara, ovipar atau ovovivipar
|
6, 8,
19,
|
Kegunaan
bagian-bagian tumbuhan dan alat pernafasan pada hewan
|
1.
Siswa dapat menjelaskan bagian-bagian
tumbuhan beserta fungsinya
2.
Siswa dapat menjelaskan alat pernafasan pada
hewan
|
7, 14,
15,
|
Instrument
penilaian coriousity siswa
No
|
Nama Peserta Didik
|
Perubahan Tingkah Laku
|
||||||||
Tekun
|
Kreatif dan Penemuan
|
Kemampuan Bertanya dan Menjawab
dalam materi Pembelajaran
|
||||||||
BT
|
T
|
M
|
BT
|
T
|
C
|
BT
|
T
|
M
|
||
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
||
1.
|
Adi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Dina
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Galih
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan :
BT : Belum Terlihat
T
: Terlihat
M : Menonjol
Berilah dengan tanda centang (ü) pada kolom yang sesuai.
|
Lembar Observasi
Keaktifan
Peserta Didik dalam Belajar
Sekolah/
Kelas:
Hari/tanggal:
Nama
Guru:
Nama
Obsever:
Tujuan:
1.
Merekap data berapa banyak siswa disuatu kelas
yang aktif belajar
2.
Merekam data kualitas aktivitas belajar siswa.
Petunjuk:
1.
Obsever harus berada pada posisi yang tidak menganggu
pembelajaran tetapi tetap dapat mementau setiap kegiatan yang dilakukan siswa.
2.
Obsever memberikan skor sesuai dengan petunjuk
berikut:
a.
Banyak siswa 0 sampai > 20% skor 1, bila 20%
sampai > 40% skor 2, 3 bila 40 % sampai > 60%, skor 4 bila 60% sampai 80%
skor 5 bila 80% sampai 100% aktif
b.
Kualitas keefektifan 1: sangat kurang, 2:
kurang, 3: cukup, 4: baik, 5: baik sekali.
No
|
Aktifitas
Belajar Siswa
|
Banyak
Siswa Aktif
|
Kualitas
atau Keefektifan
|
A
1.
2.
3.
B
1.
2.
3.
C
1
2.
3.
4.
5.
D
1.
2.
|
Pengetahuan
dalam dipelajari dan ditemukan
Melakukan
pengamatan atau penyelidikan
Membaca
dengan aktif (misal dengan pen ditangan untuk menggaris bawahi atau membuat
catatan kecil tanda-tanda tertentu pada teks)
Mendengarkan
dengan aktif (menunjukkan respon, missal tersenyum atau tertawa saat
mendengar hal-hal lucu yang disampaikan, terkagum-kagum bila mendengar
sesuatu yang menakjubkan dsb)
Siswa
melakukan sesuatu untuk memahami materi yang diberikan (membengun pemahaman)
Berlatih
(misalnya menebak sendiri konsep-konsep usai berlatih dengan soal-soal.
Berfikir
kreatif misalnya mencoba memecahkan masalah-masalah pada latihan soal yang
mempunyai variasi berbeda dengan contoh yang diberikan
Berpikir kritis, misalnya mampu menemukan kejanggalan, kesalahan,
dan kelemahan yang dilakukan orang lain
Siswa mengkomunikasikan sendiri hasil
pemikirannya
Mengemukaukakan pendapat
Menjelaskan
Berdiskusi
Mempresentasikan laporan
Memajang hasil karya
Siswa
berpikir reflektif
Mengomentari
dan menyampaikan proses pembelajaran
Memperbaiki
kesalahan atau kekurangan dalam proses pembelajaran
Menyimpulkan
materi dengan kata-katanya sendiri
|
|
|
P.
Instrumen Penelitian
Peneliti mengambil contoh instrument
penelitian pada bab I semester ganjil pada kelas III yaitu tentang “Makhluk
Hidup dan Benda Mati.” Instrument pertama yaitu soal unjuk kerja yang terdiri
atas table pengamatan, soal tentang pengelompokan makhluk hidup berdasarkan
alat geraknya, serta praktek sederhana mengenai pernafasan pada tumbuhan. Pada table pengamatan utuk siswa tentang makhluk
hidup dan bendamati siswa diajak untuk mengidentifikasi mana yag termasuk
makhluk hidup dan mana yang termasuk benda mati. Semakin banyak jawaban siswa
yang benar, maka akan semakin banyak skor yang diperolehnya.
Instrument
kedua yakni tentang soal yang terdiri dari soal pilihan ganda dan berjumlah 20
ite soal. Yang selanjutnya yakni lembar penilaian coriousity siswa yang
meliputi aspek tekun, kreatif serta kemampuan untuk menjawab dan bertanya.
Selanjutnya merekap banyak siswa yang aktif dalam suatu kelas.
Q.
Data dan Sumber Data
Data
yang diperoleh oleh peneliti dari SDI Miftahul Huda. Data diperoleh dari guru
kelas III SDI Miftahul Huda Plosokandang tulungagung.
R.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan wawancara tidak
terstruktur pada wali kelas III SDI Miftahul Huda, tes tulis yang meliputi tes
pilihan ganda serta tes unjuk kerja.
S.
Analisis Data
Analisis data yang akan dilakukan yaitu
dengan analisi data deskriptiv yang dilakukan dengan cara menggunakan:
1. Tabel
2. Grafik
3. Ukuran sentral tandensi
4. Ukuran perbedaan atua diferensial
analisis[27]
Untuk mengetahui adanya pengaruh atau
tidak antara X1 dengan Y1 dan antara X1 dengan
Y2maka digunakan rumus korelasional sederhana.
Sebelum menggunakan rumus korelasi produk
momen diatas peneliti akan menguju normalitas dan homogenitas data terlebih
dahulu. Uji normalitas dengan menggunakan uji lilieforce dan uji homogenitas
dengan menggunakan uji bartlet.
Rumus untuk uji lilieforce:
Rumus untuk uji bartlet:
jika
data yang diuji tidak normal maka peneliti akan menggunakan rumus kruskall
wallis
[1]http://bali.tribunnews.com/2015/11/14/siswa-mengeluh-bingung-kurikulum-2013-menteri-aries-sama-saya-juga-bingung?page=2
[2]http://disdikpora.palangkaraya.go.id/berita-160-kualitas-pendidikan-indonesia-ranking-69-tingkat-dunia.html
[3]
Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, (Yogyakarta: Bigraf Publising, 2001),
hal. 36
[4]
Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta:
Sinar Grafinda, 2009) , hal.3
[6]http://digilib.uin-suka.ac.id/3840/1/BAB%20I,IV,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf,
diakses tanggal 5 Mei 2016 pukul 14.20 WIB.
[7]https://m.tempo.co/read/news/2016/02/22/072746971/siswa-sd-daur-sampah-elektronik-dengan-kembangkan-e-waste,
diakses tanggal 5 Mei 2015 pukul 14.45 WIB.
[8]https://www.scribd.com/doc/95852515/Buku-Quantum-Teaching,
diakses tanggal 2 Juni 2016 pukul 21.26 WIB.
[9]http://trovodizy.blogspot.co.id/2014/05/apa-sebenarnya-yang-dimaksud-dengan_3621.html,
diakses tanggal 2 Juni 2016 pukul 21.28 WIB.
[11]
Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta:PT Grafindo Persada, 2012), hal
132-133
[12]
Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo, 2012) hal. 132
[13]Ibid.,
hal133-134.
[15]
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Tahun 10, No. 1, Januari 2011 pada http://download.portalgaruda.org/article.php?article=201249&val=6652&title=PENINGKATAN%20KEMAMPUAN%20BERBICARA%20BAHASA%20INGGRIS%20MELALUI%20MODEL%20QUANTUM%20LEARNING,
diakses tanggal 29 April 2016 pukul 22.36 WIB.
[16]Ibid.
[17]ejournal.unesa.ac.id/article/8430/99/article.pdf
[18]Mega
Purwanti, Fakhruddin Z, H. Zuhdi Maa’ruf,
IMPLEMENTATION OF CONCEPTUAL UNDERSTANDING PROCEDURES TO IMPROVE
STUDENTS’ CURIOSITY IN LEARNING PHYSICS AT CLASS VII SMPN 4 PEKANBARU dalam http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFKIP/article/viewFile/9074/8740.
Diakses tanggal 29 April 2016 pukul23.26 WIB.
[19]
Maskoeri Jasin, Ilmu Alamiah Dasar, (JAKARTA;PT Raja Grafindo Persada, 1997),
hal.3
[20]
Abdullah Aly dan Eli Rahma, MKDU Ilmu
Alamiah Dasar, (Jakarta:Ilmu Aamiah Dasar, 1996) hal.3
[21]Mydha
Tri Puspitasari, Sigit Santoso, Binti Muchsin dalam Jurnal “Tata Arta”UNS, Vol.
1, No. 1, hlm. 31 dalamhttp://download.portalgaruda.org/article.php?article=330376&val=7730&title=UPAYA%20MENINGKATKAN%20KARAKTER%20RASA%20INGIN%20TAHU%20DAN%20HASIL%20%20BELAJAR%20AKUNTANSI%20MELALUI%20PEMBELAJARAN%20KONTEKSTUAL%20%20DENGAN%20METODE%20SNOWBALL%20THROWING%20PADA%20SISWA%20SMK%20MUHAMMADIYAH%203%20GEMOLONG
diunduh tanggal 29 April 2016 pukul 24.00 WIB
[22]http://digilib.uinsby.ac.id/9215/5/bab2.pdf,
diakses tanggal 5 Mei 2015 pukul 15.05 WIB.
[24] Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif
dan Kualitatif, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2010), hal. 102
[25]Sugiyono, Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: CV Alfabeta, 2015) hal. 77.
[26] Ibid., hal. 79
[27]
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/prof-dr-suharjana-mkes/teknik-analisa-data.pdf
Langganan:
Postingan (Atom)