Sabtu, 17 Desember 2016

3 Laki-laki Dalam Doaku

Masih kuingat benar doaku pada waktu itu. Aku berdoa agar jodohku adalah salah satu dari ketiga pria yang aku pilih sendiri. Mungkin ini seperti mendikte Tuhan. Namun, waktu itu aku begitu megaguminya. Laki-laki pertama dan yang kukagumi adalah putra dari guru SMA ku. Santun, ramah, dan lemah lembut bicaranya, saat terakhir aku ketemu kemarin hari Idul Fitri, setidaknya itual yang aku simpulkan dari caranya menanyai seorang tamu. Ceritanya begini, waktu itu aku bertemu dengannya pada acara ....

Rabu, 07 Desember 2016

contoh analisis jurnal pembelajaran PKn



Nama  : Erna Lufiana
NIM    : 1725143084
Kelas   : PGMI 5D
Analisis Jurnal Pembelajaran PKn di MI/SD

Jurnal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang ditulis oleh Tika Masoyang dkk telah sesuai dengan filosofis   PTK pada umumnya. Pada dasarnya PTK bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam kelas serta meningkatkan prestasi akademik siswa meliputi tiga aspek, yakni aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam Jurnal PTK yang berjudul Meningkatkan Hasil Belajar Pada Pembelajaran PKn Melalui Kooperative Tipe Student Teams Achievment Division (STAD) di Kelas V SDN Inpres Popisi Kecamatan Peling Tengah. Dari judul ini kita dapat menyimpulkan bahwa penelitian yang digunakan oleh penulis adalah PTK, lebih baik jika judul disertakan kabupaten tempat melakukan penelitian sehingga lebih memperjelas pembaca.
Didalam jurnal belum disebutkan penggunaan motode sebelum menggunakan metode cooperative tipe STAD. Jika metode sebelumnya disebutkan maka pembaca atau calon guru dan tenaga pendidik lainnya dapat membandingkan metode yang digunakan sebelumnya dengan keefektivitasan dari metode kooperativ tipe STAD.
Dalam kegiatan perencanaaan, pada point kedua dijelaskan bahwa peneliti memilih materi yang akan digunakan untuk melaksanakan rencana perbaikan pembelajaran, sedangkan pada bab pertama peneliti telah menentukan bab dalam pembelajaran yakni Menjaga Keutuhan Negara Indonesia. Seharusnya point kedua ini bisa diganti dengan menyiapkan materi atau analisis hipotesis. Pada bagian ini juga dapat ditambahkan beberapa poin lagi selain merencanakan perbaikan pembelajaran dan instrument penelitian seperti penyusunan media dan materi pembelajaran.
Dalam metode penilitian yang digunakan oleh peneliti sudah sesuai dengan metode yang dipilih. Metode penelitian tindakan kelas yang dipilih adalah menggunakan pendekatan Kemmis dan Taggart dalam rancangan PTK jenis ini ada dua siklus, yakni siklus pertama dan siklus kedua dan sertiap siklus terdiri dari beberapa tahapan yakni 1) perencanaan tindakan 2) pelaksanaan tindakan 3)observasi dan 4)refleksi. Namun sayangnya  dalam subyek penelitian, subyeknya adalah kelas V yang hanya terdiri dari 10 siswa. Seharusnya peneliti mencari kelas yang lebih banyak siswanya. Karena banyaknya suatu subyek dalam penelitian juga berpengaruh terhadap hasil penelitian tersebut. Semakin banyak subyek yang diujicobakan dan mengalami keberhasilan, maka penelitian akan semakin valid.
Pemaparan hasil analisis pra tindakan sudah sesui degan kaidah PTK. Namun ada hal yang perlu dibenahi dalam penulisan hasil pra tindakan yaitu mengenai penulisan nama. Penulisan nama lebih baik jika ditulis dengan inisial saja. Hal ini untuk menjamin kerahasiaan data responden yang diteliti. Hal ini sesuai dengan etika dalam melakukan PTK.
Pada bab hasil pembahasan, bukan hanya pada aspek kogniti saja, apalagi ini adalah pembelajaran PKn, akan lebih baik jika menyeimbangkan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Bisa ditambahkan nilai afektif siswa sebelum tindakan dan sesudah dilakukan PTK yakni pada siklus I dan pada siklus II. Hal ini akan lebih sesuai dengan definisi hasil pembelajaran yang telah dijelaskan oleh peneliti pada bab awal yang dikutip dari Sudjana yaitu bahwa hasil pembelajran adalah perubahan tingkah laku pada individu yang mencakup bidang afektif, kognitif dan psikomotorik yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar.
Pada bagian kesimpulan sudah sesuai dengan apa yang dilakukan oleh peneliti dalam PTK. Dimana kesimpulan dalm PTK harus disusun secara singkat, padat, dan jelas sesuai dengan uraian dan mengacu pada pertanyaan penelitian atau perbaikan. Saran berisi tentang pendapat dari penulis yang dikemukakan dan perlu untuk dipertimbangkan. Didalam jurnal PTK tentang pembalajaran PKn di salah satu sekolah dasar ini berisi tentang anjuran penulis kepada guru-guru lain untuk menggunakan metode cooperative tipe STAD dalam pembelajaran PKn untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik serta untuk meningkatkan kreativitas siswa. Sehingga pembelajaran PKn di sekolah dapat mencapai tujuan yang diinginkan.



Kamis, 24 November 2016

Contoh RPP Matematika Kelas V SD



RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama Sekolah             : MI Al Fitrah
Mata Pelajaran            : Matematika
Kelas/Semester            : V/ I
Alokasi Waktu            : 2 x 35 menit ( Pertemuan 1 )
KKM                           : 70

  1. Standar Kompetensi
3. Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan
     masalah
  1. Kompetensi Dasar
3.1. Menghitung luas layang-layang
  1. Indikator
  1. Kognitif:
·      Menjelaskan bangun layang-layang
·      Menghitung luas layang-layang
·      Menemukan rumus bangun layang-layang melalui pendekatan segitiga
  1.  Afektif :
·      Memperhatikan penjelasan dari guru
·       Berperan aktif dalam pembelajaran
  1.  Psikomotor :
·      Aktif menjawab pertanyaan guru
·      Aktif mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru

  1. Tujuan Pembelajaran
  1. Kognitif
·         Siswa dapat menjelaskan pengertian bangun layang-layang di kelas dengan baik.
·         Siswa mampu menghitung luas bangun datar layang-layang di kelas dengan benar.
·         Siswa dapat menemukan rumus luas layang-layang melalui pendekatan segitiga di kelas dengan baik.

2.      Afektif
·                          Peserta didik dapat memperhatikan penjelasan dari guru dikelas dengan baik.
·                          Peserta didik dapat berperan aktif dalam pembelajaran di kelas dengan baik.
·                          Peserta didik dapat bekerjasama dengan kawan-kawan sekelasnya dengan baik.
3.      Psikomotor
·                        Peserta didik aktif mengerjakan tugas dari guru di kelas dengan baik.
·                        Peserta didik terampil mengerjakan tugasnya di kelas dengan baik.

  1. Materi Ajar
Rumus luas layang-layang adalah
L = ½  x d1 x d2
dengan:d 1 dan d2 adalah panjang diagonal 1 dan 2.
              
  1. Metode Pembelajaran
Metode Pembelajaran : Quantum Teaching, diskusi, tanya jawab

  1. Karakter peserta didik yang diharapkan, yaitu:
a.       Mandiri
b.       Rasa ingin tahu
c.       Teliti
d.       Kerja keras
e.        Disiplin

  1. Langkah – Langkah Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Waktu
 Kegiatan awal
  1. Mengucapkan salam pembuka.
  2. Guru menanyakan kabar siswa (tanpa mengabsen).
  3. Guru memeriksa kesiapan kelas dan peserta didik (kebersihan, kerapihan, kelengkapan, dan kehadiran siswa) serta mempersiapkan materi ajar, model dan alat peraga.
  4. Mengulang kembali materi tentang bangun datar yang pernah dipelajari oleh peserta didik sebelumnya meliputi, segitiga, persegi, persegi panjang, jajar genjang.
  5. Menunjukkan layang-layang kepada siswa dan bertanya jawab tentang kegitan yang biasa dilakukan siswa dengan layang-layang..
  6. Siswa dan guru bersama-sama menyanyikan lagu layang-layang.
10 menit
 Kegiatan Inti
  1. Guru menjelaskan pada siswa bahwa hari ini akan mempelajari tentang layang-layang.
  2. Guru berdiskusi dengan siswa mengenai bangun layang-layang (berapa sisinya, sudut, simetri lipat, simetri putar, dan diagonal)
  3. Guru menjelaskan bahwa layang-layang adalah salah satu bangun datar yang diperoleh dari dua buah sigitiga yang dihimpitkan  dengan panjang sisi alas yang sama, namun tinggi berbeda.
  4. Guru bertanya jawab dengan siswa tentang rumus layang-layang.
  5. Guru menuliskan rumus luas layang-layang di papan tulis.
  6. Guru membagi siswa menjadi 7 kelompok
  7. Guru membagikan alat peraga pada siswa (berupa kertas origami yang sudah di bentuk menjadi dua buah segitiga denga alas yang sama panjang tetapi tinggi yang berbeda)
  8. Siswa dan guru mencari luas kedua buah sigitiga tersebut lalu menjumlahkan kedua luasnya.
  9. Masing-masing perwakilan kelompok menuliskan hasilnya di papan table.
  10. Guru meminta siswa menghimpitkan kedua buah segitiga yang  akhirnya membentuk layang-layang.
  11. Siswa menghitung luas layang-layang tersebut dengan menggunakan rumus luas layang-layang.
  12. Masing-masing perwakilan kelompok menuliskan hasil dari luas layang-layang di papan table.
  13. Guru bertanya jawab dengan siswa tentang hasil di papan table.
  14. Guru menjelaskan bahwa rumus luas layang-layang dapat dicari menggunakan pendekatan segitiga.
  15. Guru mencontohkan sebuah soal tentang bangun datar layang-layang.
  16. Siswa dan guru mengerjakan bersama-sama.
  17. Menguji keterampilan peserta didik dengan soal-soal latihan luas bangun datar layang-layang.
50 menit
  Kegiatan Penutup
  1. Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai materi yang belum dipahami.
  2. Guru memberikan tugas rumah untuk mengerjakan soal pada buku kerja siswa sebagai jam tambahan belajar bagi siswa.
  3. Guru bersama siswa mereview apa yang telah dipelajari hari ini.
  4. Guru dan siswa merayakan pembelajaran pada hari ini dengan mengucapkan hamdalah bersama.
  5. Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.
  6. Mengucapkan salam penutup.
5 menit

  1.  Alat   dan Sumber Belajar
Alat peraga : layang-layang, kertas origami, papan table luas layang-layang dan segitiga
Sumber Belajar : R.J. Soenarjo. 2007. Matematika 5 untuk SD/MI Kelas V,  Jakarta: Pusat Perbukaan, Departemen Pendidikan Nasional.
  1.  Penilaian
Teknik : Tertulis
Bentuk Instrumen : Uraian
Jenis : Lembar Kerja –  lihat lampiran






Mengetahui                                                                             Tulungagung,  25 November 2016




Kepala Sekolah                                                                              Mahasiswa




Lembar Kerja Siswa
  1. Sebuah bangun berbentuk layang-layang dengan panjang diagonal 1(d1) berukuran 18 cm dan diagonal 2 (d2) berukuran 16 cm. Tentukan luas bangun tersebut !
  2. Layang-layang memiliki luas 280 cm2 dan salah satu diagonalnya berukuran 20 cm. Tentukan ukuran diagonal yang lain!
  3. Deni akan membuat layang-layang. Dua potong bambu yang Deni pakai berukuran 30 cm dan 22 cm. Apabila layangan sudah jadi, berapakah luasnya?
  4. Aldo memiliki kertas berukuran 60 cm x 100 cm. Kertas itu ia gunakan untuk membuat 6 buah layang-layang yang berukuran 36 cm x 40 cm. Berapa luas kertas yang tersisa?
  5. Di rumah Mira terdapat hiasan dinding berbentuk layang-layang dengan ukuran luas 420 cm2.  Jika salah satu diagonalnya berukuran 28 cm tentukanlah ukuran diagonal yang lainnya!

Lembar Kerja Siswa
  1. Sebuah bangun berbentuk layang-layang dengan panjang diagonal 1(d1) berukuran 18 cm dan diagonal 2 (d2) berukuran 16 cm. Tentukan luas bangun tersebut !
  2. Layang-layang memiliki luas 280 cm2 dan salah satu diagonalnya berukuran 20 cm. Tentukan ukuran diagonal yang lain!
  3. Deni akan membuat layang-layang. Dua potong bambu yang Deni pakai berukuran 30 cm dan 22 cm. Apabila layangan sudah jadi, berapakah luasnya?
  4. Aldo memiliki kertas berukuran 60 cm x 100 cm. Kertas itu ia gunakan untuk membuat 6 buah layang-layang yang berukuran 36 cm x 40 cm. Berapa luas kertas yang tersisa?
  5. Di rumah Mira terdapat hiasan dinding berbentuk layang-layang dengan ukuran luas 420 cm2.  Jika salah satu diagonalnya berukuran 28 cm tentukanlah ukuran diagonal yang lainnya!

Lembar Kerja Siswa
  1. Sebuah bangun berbentuk layang-layang dengan panjang diagonal 1(d1) berukuran 18 cm dan diagonal 2 (d2) berukuran 16 cm. Tentukan luas bangun tersebut !
  2. Layang-layang memiliki luas 280 cm2 dan salah satu diagonalnya berukuran 20 cm. Tentukan ukuran diagonal yang lain!
  3. Deni akan membuat layang-layang. Dua potong bambu yang Deni pakai berukuran 30 cm dan 22 cm. Apabila layangan sudah jadi, berapakah luasnya?
  4. Aldo memiliki kertas berukuran 60 cm x 100 cm. Kertas itu ia gunakan untuk membuat 6 buah layang-layang yang berukuran 36 cm x 40 cm. Berapa luas kertas yang tersisa?
  5. Di rumah Mira terdapat hiasan dinding berbentuk layang-layang dengan ukuran luas 420 cm2.  Jika salah satu diagonalnya berukuran 28 cm tentukanlah ukuran diagonal yang lainnya!





Sabtu, 12 November 2016

proposal penelitian jadi



PENGARUH  MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING TERHADAP CORIOUSITY DAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS III  DI SDI MIFTAHUL HUDA
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Indonesia menerapkan kurikulum 2013 pada awal tahun pelajaran 2014/2015.  Kurikulum 2013 diterapkan  di Indonesia dengan tujuan agar nantinya output atau lulusan dapat menghadapi era globalisasi. Kurikulum 2013 berbeda dengan KTSP yang outputnya dipersiapkan agar siap memasuki dunia kerja. Kurikulum 2013 merupakan salah satu reformasi pendidikan Indonesia yang dilakukan oleh kemendikbud dibawah pimpinan M. Nuh dengan harapan agar pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik. Dalam kurikulum 2013 pembelajaran bersifat tematik serta dihubungkan dengan kehidupan siswa. Pembelajaran tematik pada K13 menghilangkan batas-batas antar pelajaran dan pembelajarannya bersifat tematik terpadu yang dihubungkan dengan kehidupan siswa sehari-hari.
Reformasi pendidikan Indonesia lewat kurikulum 2013 tidak bertahan lama. Harapan pemerintah untuk memperbaiki pendidikan Indonesia lewat kurikulum 2013 belum berjalan lancar, pasalnya kurikulum ini mendeg ditengah jalan. Menteri pendidikan Anis Beswedanpun juga mengaku binggung dengan kurikulum 2013.[1]Akhirnya kurikulum 2013 diganti dengan KTSP kembali. Kurikulum 2013 yang digadang-gadang akan memajukan pendidikan Indonesiapun akhirnya dihentikan. Kurikulum baru tersebut sudah tidak diberlakukan lagi pada tahun 2015.
 Indonesia menduduki peringkat ke 69 dari dari 127 negara di dalam bidang pendidikan.[2]Hal ini diukur dari tes tingkat  tingkat pemahaman siswa yang diadakan oleh HDI. Rata-rata siswa Indonesia dapat menghafal materi pembelajaran dengan tepat, tetapi, saat diberikan soal penerapan banyak siswa kurang mengerti. Fenomena tersebut disebabkan karena pembelajaran di Indonesia yang hanya mengedepankan hafalan teori.
            Orientasi pendidikan cenderung memperlakukan peserta didik sebagai objek atau klien, guru berfungsi sebagai pemegang otoritas keilmuan dan indoktrinator, materi bersifat subjek oriented, dan manejement bersifat sentralis. Orientasi pendidikan yang kita gunakan tersebut menyebabkan praktek pendidikan kita mengisolir diri dari kehidupan riil yang ada di luar sekolah, kurang relevan antara apa yang diajarkan dengan kebutuhan dalam pekerjaan, dan terlalu terkonsentrasi pada pengembangan intelektual yang tidak berjalan dengan pengembangan individu sebagai satu kesatuan yang utuh dan berkepribadian. Proses belajar mengajar didominasi dengan tuntutan untuk menghafalkan dan menguasai pelajaran sebanyak mungkin untuk menghadapi ujian atau tes, dimana pada saat itu anak didik harus mengeluarkan apa yang telah dihafalkan. [3]
            Jika pendidikan di Indonesia terus berjalan seperti yang telah diuraikan diatas, maka harapan pemerintah agar Indonesia dapat memasuki era global akan pupus. Indonesia telah tertinggal dari Negara-negara lain yang dapat menghasilkan teknologi-teknologi maju. Harapan masyarakat Indonesia adalah bahwa pendidikan Indonesia dapat meningkatkan kesejahteraan warga nagara, hal ini juga sejalan dengan UU RI no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab I pasal I menyebutkan bahwa:
            Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. [4]
            Sedangkan dalam pembelajaran, IPA sangat berperan penting dalam proses pendidikan dan juga perkembangan teknologi, karena IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat siswa siswi serta kemampuan dalam mengembangkan Ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemehaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menadi Ilmu Pengetahuan Alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian IPA memiliki peran yang sangat penting.Kemajuan IPTEK yang begitu pesat sangat mempengaruhi perkembangan dalam dunia pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan di Negara-negara maju.[5]
Solusi lain untuk mewujudkan keinginan pemerintah dan masyarakat Indonesia dalam rangka menyongsong masa depan untuk menciptakan generasi yang tangguh dalam menghadapi era global, yaitu dengan cara meningkatkan rasa Coriousity siswa. Jika siswa mempunyai rasa coriousity yang tinggi, maka diharapkan siswa mempunyai pengetahuan yang tinggi. Coriousity yang tinggi dapat mendorong siswa untuk melakukan berbagai kegiatan untuk memecahkan masalah yang ada di sekitarnya. Abdullah Aly menyatakan bahwa rasa ingin tahu yang terus berkembang pada siswa akan menimbulkan perbendaharaan pada diri manusia.
            Sikap ingin tahu merupakan suatu sikap yang sangat berpengaruh terhadap pemerolehan pengetahuan. Keingintahuan dapat mendorong siswa untuk mendapatkan pengalaman baru dan belajar terhadap apa yang ada di sekitarnya. Menurut Hendro Darmojo dan jenny Kaligis Sikap ingin tahu atau curiosity dapat diartikan sebagai suatu sikap yang selalu ingin mendapatkan jawaban yang benar dari obyek yang diamati.
            Coriousity yang tinggi perlu ditumbuhkan pada semua mata pelajaran, khususnya mata pelajaran IPA. Pelajaran IPA memuat berbagai unsur seperti fakta IPA, konsep, sampai dengan produk. Saat rasa ingin tahu siswa tinggi, maka siswa akan antusias dalam pembelajaran. Hal ini menimbulkan rasa cinta keilmuan yang tinggi pula pada siswa. Sehingga rasa coriousity yang tinggi perlu ditumbuhkan sedari siswa SD agar nantinya dapat berkelanjutan hingga SMP, SMA dan sampai perguruan tinggi.
            Coriousity atau rasa ingin tahu yang tinggi juga dapat kita temui pada peneliti-peneliti muslim pada zaman dahulu seperti Imam Al Ghazali yang mampu menulis banyak karya dan masih dikaji hingga sekarang, hal tersebut karena rasa cinta kepada ilmu pengetahuan serta coriousity yang tinggi. Ibnu Sina atau yang di barat di kenal dengan Avicena yang dijuluki sebagai The prince of Psisiscience yang telah berkontribusi besar terhadap perkembangan dunia medis, serta hasil karyanya dijadikan rujukan untuk pengembangan dunia kedokteran. Tokoh-tokoh tersebut tidaklah lepas dari rasa cinta mereka terhadap ilmu pengetahuan serta rasa coriousity yang tinggi sehingga dapat menghasilkan karya yang fenomenal dan dapat berguna hingga sekarang.
             Guru harus berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa. Untuk mencapai hal tersebut, tidaklah mudah, karena ada banyak kualifikasi kualifikasi yang  harus di kuasai oleh seorang Guru agar dapat menjadai Guru yang professional. Peningkatan rasa coriousity pada diri siswa sangat tergantung pada motivasi dari Guru serta pembelajaran yang disampaikan oleh Guru. Oleh karena itu guru merupakan subyek penting dalam pengembangan rasa coriousity pada diri siswa.
            Profesionalisasi  guru,  telah  banyak  dilakukan,  namun  pelaksanaannya masih  dihadapkan  berbagai  kendala,  baik  dilingkungan  Depdiknas  maupun dilembaga  pencetak  guru.  Kendala  yang  melekat  di  depdiknas  misalnya, adanya  gejala  kekurang  seriusan  dalam  menangani  permasalahan  pendidikan, seperti  juga  menangani  masalah  guru  gejala  tersebut  anatara  lain  adanya ketidaksinambungan antara berbagai program peningkatan kualitas pendidikan dan   kualitas   guru   yang   ditangani   oleh   berbagai   direktorat   dilingkungan depdiknas; serta tidak adanya fokus dalam peningkatan kualitas guru.[6]
 Guru di SD menggunakan metode tradisional yaitu ceramah atau demonstrasi.  Siswa menjadi tidak semangat dan kurang berpatisipasi aktif dalam pembelajaran. Siswa malas membaca dan mengkaji bidang studi IPA. Ceramah memang sebagai aspek penting dalam pembelajaran.Dapat dikatakan ceramah merupakan merupakan ruhnya dalam pembelajaran. Bisa kita bayangkan pembelajaran tanpa ceramah? Menjadi pembelajaran apa? Dalam semua pembelajaran tidak lepas dari metode ceramah.
Akan tetapi ada berbagai macam tipe ceramah. Ada ceramah yang biasa yang membuat siswa menjadi bosan. Ada ceramah yang menggebu-ngebu yang membangkitkan semangat siswa. Bahkan ada ceramah yang dapat membuat ngantuk siswa-siswa nya bahkan hingga tertidur di dalam kelas. Metode pembelajaran yang baik adalah yang dapat membangkitka siswanya menjadi cinta terhadap mata pelajaran yang disampaikan olah guru.
Dengan metode pembelajaran yang baik yang diterapkan oleh guru kepada siswa diharapkan dapat mendongkrak rasa coriousity siswa atau rasa ingin tahu siswa. Sehingga nantinya banyak siswa yang bukan hanya menghafal mata pelajaran IPA tetapi juga dapat menghasilkan produk-produk IPA yang bermanfaat yang dapat digunakan oleh masyrakat Indonesia.Seperti contoh seorang siswa yang bernama raja Jafar dapat membuat E Waste atau tempat sampah elektronik.
Berawal dari tugas sekolah, Rafa Jafar (13), yang akrab dipanggil RJ, memprakarsai gerakan membuang sampah elektronik dengan membuat kotak e-Waste.
"e-Waste adalah tempat sampah untuk sampah elektronik. Kalau dibuang sembarangan, racun B3 dalam sampah elektronik akan tersebar," katanya kepada ANTARA News di Jakarta, Minggu.Siswa tingkat pertama SMP Labschool itu awalnya mendapat tugas saat masih di bangku sekolah dasar.Karena ketertarikannya kepada teknologi, terutama gadget, RJ kemudian memikirkan nasib gadget yang tak lagi dipakai."Kalau dibuang, susah terurai. Kalau disimpan di laci bertahun-tahun akan membusuk, bahkan beracun.[7]
Siswa bernama Raja Jafar diatas merupakan contoh siswa berprestasi. Anak tersebut menciptakan inofasi yang belum pernah dipikirkan seseorang sebelumnya. Anak-anak seperti inilah yang dibutuhkan oleh masyarakat kita untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada di Indonesia. Keberhasilan seorang siswa tidak terlepas dari guru yang kreatif dan inofatif pula. Guru yang baik salah satu indikasinya adalah guru yang dapat mengembangkan pembelajaran dengan metode yang sesuai dengan karakter peserta didiknya. Ada banyak metode pembelajaran salah satunya adlah metode quantum teaching.
Quantum Teaching adalah metode pembelajaran yang sudah dikembangkan oleh salah satu ahli pendidikan yang bernama Lazanov yang telah diujikan kepada banyak siswa di negaranya. Quantum teaching dapat mempermudah siswa dalam memahami berbagai macam mata pelajaran dikarenakan model pembelajaran tersebut merupakan salah satu model pembelajaran bermakna. Selain itu model pembelajaran ini adalah model pembelajaran yang menyenangkan sehingga cocok diterapkan pada anak SD atau MI yang masih senang bermain.
Peneliti ingin menerapkan metode pembelajaran Quantum teaching di SDI Miftakhul Huda dengan tujuan untuk lebih meningkatkan coriousity serta prestasi belajar siswa di SDI Miftahul Huda. Jika coriousity meningkat maka akan  meningkatkan kecintaan ilmu pengetahuan kepada siswa SDI Miftahul Huda.Dengan rasa coriousity yang tinggi diharapkan siswa dapat menghasilkan produk-produk IPA yang bermanfaat seperti contoh diatas. Dari penjelasan diatas penelti menganggap permasalahan ini penting dan perlu untuk diteliti.
B.     Identifikasi dan Pembatasan Masalah
1.      Identifiksi Masalah
Adapun identifikasi masalah pada penelitian dengan judul “ Efektifitas Model Pembelajaran Quantum Teaching  Untuk Meningkatkan Coriousity Serta Prestasi Belajar Peserta Didik Kelas III SDI Miftahul Huda Plosokandang Kedungwaru Tulungagung” adalah sebagai berikut :
a.       Quantum Teaching
Quantum merupakan Interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya dengan demikian Quantum Teachingadalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan disekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa, yang mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka.[8]
b.      Coriousity Siswa
Curiosity adalah perasaan ingin tahu yang timbul dan dimiliki oleh manusia terhadap suatu hal yang belum ia dapatkan penjelasan atau jawabannya. Rasa ingin tahu selalu muncul ketika manusia dihadapkan pada fenomena alam yang dirasakannya dimana fenomena alam yakni sebagai salah satu aspek dari alam semesta. Alam semesta merupakan suatu media yang di dalamnya mengandung banyak misteri yang jawabannya belum terungkap. Curiosity manusia dapat mengubah no thing (sesuatu yang tidak ada) menjadi know a lot of thing (mengetahui lebih banyak mengenai sesuatu).[9]

c.       Prestasi Belajar Siswa
Prestasi belajar adalah hasil   usaha   siswa yang   dapat   dicapai   berupa   penguasan pengetahuan,  kemampuan  kebiasaan  dan  keterampilan  serta  sikap setelah mengikuti proses pembelajaran  yang dapat dibuktikan dengan hasil tes. Prestasi belajar merupakan suatu hal yang dibutuhkan siswa untuk mengetahui kemampuan yang diperolehnya dari suatu kegiatan yang disebut belajar.[10]
2.      Pembatasan masalah
            Melihat permasalahan diatas, maka penelitian akan bibatasi pada keefektifan metode quantum teaching dalam meningkatkan coriousity dan prestasi belajar peserta didik di kelas III di SDI Miftahul Huda Plosokandang Kedungwaru Tulungagung.                Batasan penelitian yang akan digunakan  dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.       Sampel yang akan digunakan penelitian adalah siswa kelas III A dan siswa kelas III B SDI Miftahul Huda Plosokandang Tulungagung.
b.      Penelitian dilakukan pada siswa kelas III SDI Miftahul Huda Plosokandang, Kedungwaru Tulungagung.
c.       Ruang lingkup penelitian ini adalah pada pelajaran IPA kalas III di SDI Miftahul Huda.
d.      Variable bebas (independent variable), atau variable stimulus, predictor, antecendent dalam penelitian ini adalah Quantum teaching.
e.       Variable terikat  (dependent variable) adalah dalam penelitian ini adalah coriousity dan prestasi belajar siswa.
C.    Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka fokus peneliti adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana peningkatan coriousity siswa pada mata pelajaran IPA kelas III di SDI Miftahul Huda setelah menggunakan metode pembelajaran Quantum Teaching?
2.      Bagaimana hasil prestasi belajar siswa setelah menggunakan metode quantum teaching?
3.      Bagaimana hubungan antara coriousity siswa dengan prestasi belajar siswa?
D.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah peneliti diatas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mendeskripsikan peningkatan rasa ingin tahu (Coriousity) siswa pada mata pelajaran IPA di kelas III SDI Miftahul Huda.
2.      Untuk memaparkan prestasi belajar siswa kelas III SDI Miftahul Huda setelah menggunakan metode quantum teaching.
3.      Untuk menjelaskan hubungan antara coriousity pada siswa dengan prestasi belajar siswa.
E.     Hipotesis Penelitian
Hipotesis  penelitian ini adalah “jika model pembelajaran quantum teaching diterapkan pada mata pelajaran IPA maka coriousity dan prestasi belajar siswa akan meningkat. Ada hubungan yang signifikan antara coriousity siswa dengan prestasi belajar siswa”

F.     Kegunaan Penelitian
Manfaat penelitian adalah sebagai berikut:
1.      Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan sumbangan untuk memperkaya  khazanah ilmiah tentang cara mengatasi permasalahan yang ada dalam proses belajar mengajar IPA, terutama dalam hal meningkatkan rasa ingin tahu (coriousity) siswa dengan metode quantum teaching di kelas.
2.      Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat berguna bagi:
a.       Bagi Kepala SDI Miftahul Huda Plosokandang Tulungagung
Dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi lembaga pendidikan, khususnya SDI Miftahul Huda Plosokandang Tulungagung, untuk meningkatkan coriousity siswa, secara tidak langsung dapat digunakan sebagai alat evaluasi metode pembelajaran yang sudah ada, sehingga dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran dan meningkatkan kecintaan siswa pada ilmu pengetahuan khususnya pada mata pelajaran IPA.
b.      Bagi Guru SDI Miftahul Huda
Dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam menyusun kegiatan pembelajaran yang aktif, menyenangkan dan tentunya bermakna bagi siswa sehigga pembelajaran berguna bagi kehidupan siswa baik sekarang dan masa yang akan datang.
c.       Bagi Siswa SDI Miftahul Huda
Dengan meggunakan metode pembelajaran Quantum teacing diharapkan dapat meningkatkan rasa coriousity siswa serta agar siswa lebih bersemangat, dan lebih aktif dalam mata pelajaran IPA.
d.      Bagi Peneliti
Bagi penulis yang mengadakan penelitian ini, penelitian dapat digunakan untuk menambah wawasan tentang meningkatkan mutu pendidikan melalui pengembangan metode Quantum Teaching dalam pembelajaran IPA di sekolah.
e.       Bagi Perpustakaan IAIN Tulungagung
Dapat digunakan sebagai bahan wawasan dan pengetahuan tentang system pembelajaran di sekolah, khususnya di tingkatan Madrasah Ibtidaiyah. Selain itu dapat digunakan sebagai bahan kajian dan sumbangan pemikiran bagi upaya pengembangan Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, khususnya pada pengembangan konsep, metode belajar, sehingga dapat bermanfaat sebagai referensi dalam memilih dan menerapkan suatu metode pembelajaran.
f.       Bagi pembaca/peneliti lain
Untuk menembah wawasan, sikap dan pengalaman sebagai upaya peningkatan kualitas profesi sebagi pengajar IPA dan mata pelajran lainnya.
G.    Penegasan istilah
Pada bagian ini akan dikemukakan definisi rentang konsep (kata) yang ada pada judul penelitian dan rumusan masalah. Adapun definisi istilah tersebut adalah:
1.      Model Pembelajaran
Model merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk mecapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Joyce dan Weil berpendapat bahwa model pembelajaran suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru bolah memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.[11]
2.      Quantum Teaching
Pembelajaran quantum    teaching adalah    perubahan pembelajaran  yang  meriah,  dengan  segala  nuansanya  dan  menciptakan lingkungan   belajar   yang   efektif. Penggunaan metode pembelajaran yang menarik tentunya akan membuat siswa senang dengan pelajaran yang sedang diikutinya.
3.      Coriousity
Curiosity adalah perasaan ingin tahu yang timbul dan dimiliki oleh manusia terhadap suatu hal yang belum ia dapatkan penjelasan atau jawabannya. Curiosity manusia dapat mengubah no thing (sesuatu yang tidak ada) menjadi know a lot of thing (mengetahui lebih banyak mengenai sesuatu).
4.      Prestasi Belajar
Hasil yang dapat dicapai seorang siswa setelah melaksanakan proses belajar.
5.      Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ialah ilmu yang mempelajari makhluk hidup, bumi beserta isinya baik yang ada di dalam perut bumi ataupun di luar angkasa.

H.    Sistematika Pembahasan
Proposal  penelitian ini dibagi atas beberapa bagian. Bagian pertama adalah pendahuluan. Pada bagian ini diuraikan latar belakang penelitian, permasalahan-permasalahan yang tercakup pada penelitian yang mencakup identifikasi dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, hipotesis dari penelitian, kegunaan penelitian serta penegasan istilah serta batasan dan ruang lingkup dari penelitian. Dan dibagian akhir diuraikan sistematika penyajian laporan penelitian.
Bagian kedua berisi tinjauan pustaka. Pada bagian ini dipaparkan teori-teori serta pustaka yang dipakai pada waktu penelitian. Teori-teori ini diambil dari buku literatur dan dari internet. Teori yang dibahas meliputi teori tentang penelitian model pembelajaran, Quantum teaching, coriousity atau rasa ingin tahu, serta prestasi belajar siswa.
Bagian ketiga memaparkan langkah-langkah yang digunakan untuk membahas permasalahan dalam penelitian. Pada bagian ini dijelaskan alat dan metoda yang digunakan untuk melakukan perencanaan penelitian meliputi: Rancangan Penelitian, Variabel Penelitian, Populasi dan Sampel Penelitian, Kisi-Kisi Instrumen, Instrumen Penelitian serta Data dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data serta Analisis Data.


LANDASAN TEORI
I.       Deskipsi Teori
1.      Model Pembelajaran
Menurut Joyce dan Weil yang dikutip oleh Rustam dalam bukunya Model-Model Pembelajaran menyatakan bahwa model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis, analisis system, atau teori lain yang mendukung.[12]
Ada beberapa dasar dalam mempertimbangkan pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiata pembelajaran yaitu:
1)        Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan adalah:
a.    Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan kompetensi akademik, kepribadian, sosial, dan kompetensi vokasional atau yang dulu diistilahkan dengan domain kognitif, afektif atau psikomotorik?
b.    Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai?
c.    Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademik?
2)        Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:
a.       Apakah materi pembelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori tertentu?
b.      Apakah untuk memepelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat atau tidak?
c.       Apakah tersedia bahan atausumber-sumber yang relevan untuk mempelajari materi itu?
3)        Pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa
a.       Apakah model pembelajaran sesuai dengan tingkat kemetangan peserta didik?
b.      Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi peserta didik?
c.       Apakah model pembelajarn itu sesuai dengan gaya belajar peserta didik?
4)        Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis
a.       Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu model saja?
b.      Apakah model pembelajaran yang kita gunakan dianggap sebagai satu-satunya model yang dapat digunakan?
c.       Apakah model pembelajaran itu memiliki nilai efektifitas atau efisiensi?[13]
2.      Quantum Teaching
Pembelajaran kuantum (Quantum Teaching) diciptakan berdasarkan teori-teori    pendidikan    seperti Accelerated    Learning dari    Lozanov, Multiple Intelegences dari   Garder, Neuro-Linguistic   Programming dari   Grinder   dan Bandler, Experiental Learning dari Hahn, Socratic Inquiry ,Cooperative Learningdari  Johnson  dan  Johnson,  dan Element  of  Effective  Instruction dari  Hanter.  Pembelajaran  quantum  adalah  pengubahan  belajar  yang  meriah dengan  segala  nuansanya.  Kata  quantum  berarti  interaksi  yang  mengubah energy menjadi   cahaya,   dengan   demikian quantum   teaching adalah   pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Komponen-komponen Pembelajaran Kuantum (Quantum Teaching)
Sintaks
Kerangka rancangan pembelajaran kuantum dikenal dengan istilah TANDUR, yang  di  dalamnya  memiliki  6  tahap  atau  fase  yaitu  Tumbuhkan,  Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan.
a.       Tumbuhkan berarti menumbuhkan   minat   belajar   siswa   dengan   cara   memberitahukan manfaat   materi   yang   akan   dipelajari.   Alami   berarti guru   memberikan kesempatan  kepada  siswa  untuk memperoleh  pengalaman-pengalaman  umum yang  dapat  dimengerti  oleh  mereka. Namai  berarti guru  menyediakan  kata-kata kunci, konsep, rumus yang merupakan materi utama yang menjadi pesan pembelajaran.  Demonstrasikan  berarti  guru  menyediakan  kesempatan  bagisiswa   untuk   dapat   menunjukkan   kemampuannya.   Ulangi   berarti   guru menunjukkan  kepada  siswa  cara-cara  mengulang  materi  dan  menegaskan bahwa  mereka  benar-benar  tahu  akan  apa  yang  dipelajari
b.      Rayakan  berarti guru  memberikan  pengakuan  atas  upaya  yang  telah  dilakukan  siswa  dalam menampilkan  penyelesaian,  partisipasi,  pemerolehan  keterampilan,  dan  ilmu pengetahuannya.
Prinsip Reaksi
Dalam  pembelajaran  kuantum  ada  lima  prinsip dasar  yang  mempengaruhi terciptanya   lingkungan   belajar   yang   kondusif.   Adapun kelima  prinsip  dasar  tersebut  adalah:  (1)  Prinsip  segalanya  berbicara  berarti seluruh lingkungan kelas membawa pesan ke pebelajar. (2) Prinsip segalanya bertujuan berarti semua pembelajaran haruslah mempunyai tujuan-tujuan yang jelas.  (3)  Prinsip  pengalaman  sebelum  pemberian  nama  berarti  sebelum mendefinisikan, membedakan, siswa terlebih dahulu telah memiliki atau telah diberikan  pengalaman  informasi  yang  terkait  dengan  upaya  pemberian  nama tersebut.  (4)  Prinsip  akui  setiap  usaha  berarti  apapun  usaha  yang  telah dilakukan  siswa  haruslah  mendapat  pengakuan  dari  guru  maupun  siswa lainnya.  (5)  Prinsip  jika  layak  dipelajari  maka  layak  dirayakan  berarti  setiap usaha  belajar  yang  dilakukan  layak  untuk  dirayakan  untuk  memberi  umpanbalik dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar.
c.       Sistem Sosial
Pembelajaran Quantum dibangun berdasarkan asas “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia  Kita,  dan  Antarkan  Dunia  Kita  ke  Dunia  Mereka” ,memberikan  pengertian  bahwa  hubungan  antara  guru  dengan  siswa  harussaling  mendukung.  Guru  memasuki  dunia  siswa  sebagai  upaya  memperoleh ijin  untuk  memimpin,  menuntun,  dan  memudahkan  siswa  untuk  memahami ilmu pengetahuan.Upaya ini dilakukan antara lain dengan mengaitkan secara langsung  konsep-konsep  yang  akan  dikaji  dengan  peristiwa  sehari-hari  atau dari  pengalaman  sehari-hari  mereka. 
Dengan  pengertian  yang  lebih  luas  dan mendalam  berdasarkan  interaksi  tersebut,  siswa  akan  dapat  membawa  apa yang  mereka  pelajari  ke  dalam  dunia  mereka  dan  menerapkannya  dalam situasi baru. Untuk   mendukung   terciptanya   komunitas   belajar   yang   efektif   dan menyenangkan,  maka  dalam  penerapan  model  pembelajaran  kuantum  diperlukan beberapa  alat  atau  media  seperti  kartu  penghargaan, danLembar  Keja  Siswa (LKS). Melalui  penerapan  pembelajaran  quantum,  dampak  instruksional  yang diperoleh  adalah  siswa-siswa  diharapkan  memiliki  pemahaman  konseptual  yang memadai  terkait  dengan  konsep-konsep yang  dipelajari.  Dampak pengiring yang   diperoleh   adalah   nilai-nilai   positif   dalam   membangkitkan kesadaran akan pengetahuan yang relevan dan sikap kritis siswa dalam belajar.[14]
Model  Quantum Learning  adalah  suatu  model yang   mencakup   baik   teori   pendidikan   dan pelaksanaan    di    kelas. Penelitian    terintegrasi berbasis praktek terbaik dibidang pendidikan.[15]
Tujuan   pokok   pengajaran   Quantum ialah     meningkatkan     partisipasi     melalui penggubahan  keadaan,  meningkatkan  motivasi dan  minat  belajar  melalui  penerapan  kerangka rancangan   TANDUR"   (Tumbuhkan,   Alami, Namai, Demonstarikan, Ulangi, Rayakan).Penelitian  menunjukkan  bahwa  suasana kelas   adalah   penentu   psikologi   utama   yang mempengaruhi belajar akademik. Pada dasarnya kelas adalah arena belajar yang dipengaruhi oleh emosi,    itu    sebabnya    inovator    Quantum Teaching   menyarankan   agar   kita   berupaya menciptakan    suasana    kelas    melalui    niat,hubungan  dan  ketakjuban,  pengambilan  resiko, rasa memiliki dan keteladanan.[16]
Quantum Teaching berasal dari dua kata yaitu “Quantum” yang berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya dan “Teaching” yang berarti mengajar. Dengan demikian maka Quantum Teaching adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada didalam dan disekitar momen belajar. Jadi Quantum Teaching dapat menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur-unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas.[17]
3.      Coriousity (rasa ingin tahu) siswa
Sikap  keingintahuan (Curiosity) didefinisikan  sebagai  keinginan  dan  kebutuhan seseorang   untuk   memperoleh   jawaban   darisuatu   pertanyaan   atau   hal-hal   yang menimbulkan  keingintahuan  yang  mendalam.  Sikap  keingintahuan dapat menumbuhkan  motivasi  internal  untuk  belajar  dan  memahami  tentang  sesuatu  hal, sehingga keingintahuan (Curiosity) dapat  dikembangkan  dalam proses  pembelajaran pembelajaran  IPA.    Motivasi    siswa    akan    timbul    apabila    ditingkatkannya keingintahuan(Curiosity)dalam  diri  siswa,  karena keingintahuan (Curiosity) adalah pondasi untuk melakukan proses pembelajaran. Sikap   ingin   tahu   dapat   diartikan   sebagai   suatu   sikap   yang   selalu   ingin mendapatkan  jawaban  yang  benar  dari  obyek  yang  diamati. [18]
Manusia juga mempunyai naluri seperti seperti tumbuhan dan hewan, tetapi mempunyai akal-budi, sehingga rasa ingin tahu itu tidak tetap sepanjang zaman.Manusia mempnyai rasa ingin tahu yang berkembang. Rasa ingin tahu manusia tidak pernah dapat dipuaskan. Apabila suatu masalah dapat dipecahkan, maka akan timbul masalah lain yang menunggu pemecahannya. Manusia bertanya terus, setelah tahu apanya maka ingin tahu bagaimananya dan mengapanya manusia mampu menggunakan pengetahuan yang telah lama diperoleh untuk dikombinasikan dengan pengetahan yang baru, menjadi pengetahuan yang lebih baru lagi.Hal yang demikian berlangsung berabad-abad, sehingga terjadi akumulasi pengetahuan.[19]
Rasa ingin tahu mendorong manusia untuk melakukan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mencari jawaban atas berbagai persoalan yang muncul didalam pikirannya. Kegiatan yang dikukan manusia itu kadang-kadang kurang serasi dengan tujuannya sehingga tidak dapat menghasilkan pemecahan. Tetapi kegagalan biasanya tidak menimbulkan rasa putus asa, bahkan seringkali membangkitkan semanagat yang lebih menyala-nyala untuk memecahkan persoalan. Kegiatan untuk mencari pemecahan dapat berupa:
a.       Penyelidikan langsung
b.      Penggalian hasil-hasil penyelidikan yang sudah pernah diperoleh orang lain, ataupun
c.       Kerjasama dengan penyelidik-penyelidik lain yang juga sedang memecahkan masalah yang sama atau sejenis yang juga sedang memecahkan soal yang sama atau sejenis.[20]
Karakter   rasa   ingin   tahu   merupakan   salah   satu   nilai   pendidikan  karakter   yang diprogramkan oleh Kemendiknas untuk dikembangkan dalam diri siswa. Karakter rasa ingin tahu penting   dimiliki   oleh   siswa   sebagai   insan   yang   menuntut   ilmu.   Siswa   yang   memiliki keingintahuan  yang  tinggi  terhadap  materi  dapat  menyebabkan  ilmunya  jauh  lebih  banyak dibandingkan dengan siswa yang hanya menunggu penjelasan dari guru. Hal tersebut tentu akan berdampak  pada  hasil  belajar  yang  diperoleh  siswa.[21]
4.      Prestasi Belajar Siswa
Prestasi   adalah   hasil   dari   suatu   kegiatan   yang   telah   dikerjakan,   diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok. Sedangkan menurut Mas’ud  HasanAbdul  Dahar  bahwa  prestasi  adalah  apa  yang  telah  dapat  diciptakan,  hasil  pekerjaan,  hasil  yang  menyenangkan  hati  yang  diperoleh  dengan jalan keuletan kerja.[22]
Winkel,   mengemukakan   bahwa   prestasi   belajar   merupakan   bukti   keberhasilan   yang   telah   dicapai   oleh   seseorang.Maka   prestasi   belajar   merupakan    hasil    maksimum    yang    dicapai    oleh    seseorang    setelah    melaksanakan   usaha-usaha   belajar.   Sedangkan   menurur   Arif   Gunarso   mengemukakan  bahwa  prestasi  belajar  adalah  usaha  maksimal  yang  dicapai  oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Hasil belajar adalah menunjuk  pada  prestasi  belajar,  sedangkan  prestasi  belajar  itu  merupakan  indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku siswa.[23]
J.      Penelitian Terdahulu
Dasar atau acuan yang berupa teori-teori  atau temuan-temuan melalui hasil berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat dijadikan sebagai data pendukung. Salah satu data pendukung yang menurut peneliti perlu dijadikan bagian tersendiri adalah penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini.  Dalam hal ini, fokus penelitian terdahulu  yang dijadikan acuan adalah terkait dengan masalah peningkatan coriousity atau rasa ingin tahu siswa.  Oleh karena itu, peneliti melakukan langkah kajian terhadap beberapa hasil penelitian berupa tesis dan jurnal-jurnal melalui internet.
Berdasarkan penelitian terdahulu menyatakan bahwa model pembelajaran Quantum Teaching sangat bermanfaat bagi siswa dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Tetapi peneliti belum menjumpai bahwa penelitian dengan variabel Quantum teaching yang berpengaruh pada tingkat ingin tahu siswa atau coriousity siswa dalam mata pelajaran IPA ataupun dalam mata pelajaran yang lain. Karena kebanyakan peneliti dalam mata pelajaran IPA untuk meningkatkan coriousity siswa digunakan model pembelajara discovery learning.
K.    Kerangka Konseptual/ Kerangka Berfikir
Permaslahan yang dialami siswa dalam mata pelajaran IPA adalah kurangnya rasa ingin tahu siswa. Hal ini menyebabkan pembelajaran hanya dengan menghafal teori-teori yang ada didalam buku pembelajaran saja. Disusul model pembelajaran yang diterapkan oleh guru yang dinilai kurang bervariasi. Model pembelajaran yang bervariasi sangat diperlukan bagi anak usia SD atau MI. pada usia ini anak masih dalam tahap operasional konkrit dimana anak meniru semua yang ada di sekitarnya. Pada tahap ini pula, anak-anak masih senang bermain. Oleh karena itu diperlukan pembelajaran yang menyenangkan untuk membangkitkan rasa coriousity pada siswa.
Prestasi belajar siswa kebanyakan hanya dicapai pada bidang akademik saja. Atau dengan kata lain prestasi belajar siswa kebanyakan hanya pada taraf menghafal teori didalam buku pelajaran. Dari permasalahan tersebut peneliti berasumsi bahwasnya model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan coriousity siswa serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian diatas alur pemikiran pengaruh model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan coriousity serta prestasi belajar siswa dapar digambarkan seperti dibawah ini:
QUANTUM TEACHING
PENINGKATAN CORIOUSITY SISWA
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA
 




                METODE PENELITIAN
L.     Rancangan Penelitian
1.      Pendekatan Penelitian
Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan penelitian kuantitatif didasari oleh filsafat positivisme yang memandang setiap realitas/gejala/fenomena itu dapat diklasifikasikan, relative tetap, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat. Karena itu, sebelum dilakukan penelitian dapat disusun dan dirancang secara detail dan tidak akan berubah-ubah selama penelitian berlangsung.
            Terdapat beberapa jenis desain eksperimen, dalam rancangan penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimental Designs atau desain eksperimen semu. Desain eksperimen semu melakukan suatu cara untuk membandingkan kelompok.[24] Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan Nonequivalent Control Group Design. Desain ini memiliki kelompok Kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Penggunaan design eksperiment ini karena pada kenyataan sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian.[25] Rancangan penelitian, digambarkan dalam Tabel 1.1[26]
Tabel 1.1 Pola Rancangan Nonequivalent Contol Group Design
  O1                        X                            O2
  O3                                                        O4
Keterangan:
            1 = Pre-test pada kelompok eksperimen
            2 =Post-test pada elompok eksperimen
            3 = Pre-test pada kelompok kontrol
            4 = Post-test pada kelompok control
            X = Perlakuan (treatment)
            Subjek penelitian merupakan kelompok-kelompok yang memiliki kemampuan yang sama. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan (treatment) berupa model pembelajaran quantum teaching pada mata pelajaran IPA.

2.      Jenis Penelitian
Penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti adalah penelitian kuantitatif eksperimental, lebih spesifiknya lagi peneliti menggunakan jenis penelitian Kuantitatif eksperimental semu atau kuasi. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif-induktif, artinya pendekatan yang berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, maupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, kemudian di kembangkan menjadi permasalahan beserta pemecahan yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam bentuk dukungan data empiris di lapangan.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian nonequivalent control group design dengan kelas menggunakan kelas control dan kelas eksperimen. Kelas IIIA sebagai kelas control dan kelas III B sebagai kelas eksperimen.    
M.   Variabel penelitian
1. Penerapan metode Quantum Teaching sebagai variabel bebas (independent).
2. Curiosity siswa dalam pembelajaran IPA sebagai variabel terikat (dependent.)
3. Prestasi belajar siswa sebagai variable terikat (dependent).

N.    Populasi dan Sampel Penelitian
1.      Populasi Penelitian
Peneliti   menetapkan  populasi  dalam  penelitian  ini adalah siswa kelas III MI/ SDI di Kecamatan Kedungwaru Tulungagung.
2.      Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah SDI Miftahul huda dan lebih spesifiknya lagi siswa kelas III A dan kelas III B SDI Miftahul Huda. Peneliti  mengambil sampel dengan teknik probability sampling yaitu dengan teknik cluster sampling atau area sampling. Teknik sampling ini digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas.
Peneliti menetapkan sampel penelitian adalah di kecamatan Kedungwaru Tulungagung. Ada 20 desa di kecamatan Tulungagung. Selanjutnya peneliti memilih secara acak 10 desa yang akan dijadikan sampel peneliti. Selanjutnya dipilih satu desa secara acak lagi, lalu dari satu desa tersebut ditentukan satu MI atau SDI yang akan dijadikan sampel penelitian. Selanjutnya memilih  yang akan dijadikan sampel penelitian. Peneliti memilih kelas III SDI Miftahul Huda sebagai sampel penelitian. SDI Miftahul Huda mempunyai 2 kelas pada kelas III yaitu kelas A dan kelas B. kelas A akan digunakan sebagai kelas control dan kelas B sebagai kelas eksperimen.

O.    Kisi-Kisi Instrumen

Lembar observasi dengan rubrik rating scale (skala penilaian) digunakan sebagai penilaian unjuk kerja curiosity siswa selama mengikuti pembelajaran IPA melalui penerapan Model Quantum Teaching Adapun kisi-kisi lembar observasi curiosity siswa adalah sebagai berikut.
Bab I  Ciri-ciri dan Kebutuhan Makhluk Hidup
1.      Mengamati benda mati dan makhluk hidup di dalam rumah, di pekarangan rumah, dan di dalam kelas, di halaman sekolah dan di jalan raya!

No
Tempat
Makhluk Hidup
Benda Mati
1.
2.
3.
4.
5.
Di dalam rumah
Di pekarangan rumah
Di dalam kelas
Di halaman sekolah
Di jalan raya



2.      Mengelompokkan gambar yang bergerak menggunakan sirip, sayap, kaki, dan perutnya.
3.      Meneliti pernapasan tumbuhan
Kegiataan: meneliti pernapasan tumbuhan
Tujuan: mengidentifikasi pernafasan tumbuhan
Siapkan: alat tulis, tanaman dalam pot, plastik bening, dan karet gelang.
Langkah kegiatan:
1.      Tutuplah sebagian atau seluruh bagian tanaman dengan menggunakan plastik! Pilihlah bagian tanaman yang berdaun!
2.      Ikatlah plastik dengan menggunakan karet gelang!
3.      Setelah tiga jam kemudian, amatilah tanaman tersebut!
4.      Apa yang terjadi pada plastik? Mengapa plastik tampak berembun?
5.      Coba kalian diskusikan dan simpulkan kegiatan tersebut , lalu tuliskan dalam buku tulis!





Tabel kisi-kisi soal pilihan ganda yang menunjukkan coriousity siswa dan prestasi belajar siswa.
Variabel Penelitian
Indikator
No. item instrumen
Ciri- ciri makhluk hidup dan makluk tak hidup
1.     Siswa dapat menjelaskan ciri-ciri makluk hidup dengan tepat
2.     Siswa dapat menjelaskan ciri-ciri makhluk tak hidup dengan tepat.
3.     Siswa dapat menggelompokkan antara makhluk hidup dan makhluk tah hidup dengan tepat.
1, 2, 4, 5, 16
Pengelompokan hewan  dan tumbuhan
1.    Siswa dapat menggelompokkan hewan dengan taksonomi sederhana.
2.    Siswa dapat menggelompokkan tumbuhan berdasarkan jenisnya
3, 9, 10, 11, 12, 13, 18, 20
Cara perkembangbiakan hewan dan tumbuhan
1.    Siswa dapat mengidentifikasi cara perkembangbiakan pada tumbuhan
2.    Siswa dapat menggolongkan mana hewan yang termasuk vivipara, ovipar atau ovovivipar
6, 8, 19,
Kegunaan bagian-bagian tumbuhan dan alat pernafasan pada hewan
1.        Siswa dapat menjelaskan bagian-bagian tumbuhan beserta fungsinya
2.        Siswa dapat menjelaskan alat pernafasan pada hewan
7, 14, 15,


Instrument penilaian coriousity siswa
No
Nama Peserta Didik
Perubahan Tingkah Laku
Tekun
Kreatif dan Penemuan
Kemampuan Bertanya dan Menjawab  dalam materi Pembelajaran
BT
T
M
BT
T
C
BT
T
M
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1.
Adi









2.
Dina









3.
Galih









Keterangan :
BT : Belum Terlihat
T   : Terlihat
M : Menonjol
Berilah dengan tanda centang (ü) pada kolom yang sesuai.
            Lembar Observasi
Keaktifan Peserta Didik dalam Belajar
Sekolah/ Kelas:
Hari/tanggal:
Nama Guru:
Nama Obsever:
Tujuan:
1.      Merekap data berapa banyak siswa disuatu kelas yang aktif belajar
2.      Merekam data kualitas aktivitas belajar siswa.
Petunjuk:
1.      Obsever  harus berada pada posisi yang tidak menganggu pembelajaran tetapi tetap dapat mementau setiap kegiatan yang dilakukan siswa.
2.      Obsever memberikan skor sesuai dengan petunjuk berikut:
a.       Banyak siswa 0 sampai > 20% skor 1, bila 20% sampai > 40% skor 2, 3 bila 40 % sampai > 60%, skor 4 bila 60% sampai 80% skor 5 bila 80% sampai 100% aktif
b.      Kualitas keefektifan 1: sangat kurang, 2: kurang, 3: cukup, 4: baik, 5: baik sekali.
No
Aktifitas Belajar Siswa
Banyak Siswa Aktif
Kualitas atau Keefektifan
A
1.
2.


3.




B


1.

2.



3.


C

1
2.
3.
4.
5.

D
1.
2.

Pengetahuan dalam dipelajari dan ditemukan
Melakukan pengamatan atau penyelidikan
Membaca dengan aktif (misal dengan pen ditangan untuk menggaris bawahi atau membuat catatan kecil tanda-tanda tertentu pada teks)
Mendengarkan dengan aktif (menunjukkan respon, missal tersenyum atau tertawa saat mendengar hal-hal lucu yang disampaikan, terkagum-kagum bila mendengar sesuatu yang menakjubkan dsb)
Siswa melakukan sesuatu untuk memahami materi yang diberikan (membengun pemahaman)
Berlatih (misalnya menebak sendiri konsep-konsep usai berlatih dengan soal-soal.
Berfikir kreatif misalnya mencoba memecahkan masalah-masalah pada latihan soal yang mempunyai variasi berbeda dengan contoh yang diberikan
Berpikir kritis, misalnya mampu menemukan kejanggalan, kesalahan, dan kelemahan yang dilakukan orang lain

Siswa  mengkomunikasikan sendiri hasil pemikirannya
Mengemukaukakan pendapat
Menjelaskan
Berdiskusi
Mempresentasikan laporan
Memajang hasil karya

Siswa berpikir reflektif
Mengomentari dan menyampaikan proses pembelajaran
Memperbaiki kesalahan atau kekurangan dalam proses pembelajaran
Menyimpulkan materi dengan kata-katanya sendiri




P.     Instrumen Penelitian
    Peneliti mengambil contoh instrument penelitian pada bab I semester ganjil pada kelas III yaitu tentang “Makhluk Hidup dan Benda Mati.” Instrument pertama yaitu soal unjuk kerja yang terdiri atas table pengamatan, soal tentang pengelompokan makhluk hidup berdasarkan alat geraknya, serta praktek sederhana mengenai pernafasan pada tumbuhan. Pada  table pengamatan utuk siswa tentang makhluk hidup dan bendamati siswa diajak untuk mengidentifikasi mana yag termasuk makhluk hidup dan mana yang termasuk benda mati. Semakin banyak jawaban siswa yang benar, maka akan semakin banyak skor yang diperolehnya.
Instrument kedua yakni tentang soal yang terdiri dari soal pilihan ganda dan berjumlah 20 ite soal. Yang selanjutnya yakni lembar penilaian coriousity siswa yang meliputi aspek tekun, kreatif serta kemampuan untuk menjawab dan bertanya. Selanjutnya merekap banyak siswa yang aktif dalam suatu kelas.

Q.    Data dan Sumber Data
Data yang diperoleh oleh peneliti dari SDI Miftahul Huda. Data diperoleh dari guru kelas III SDI Miftahul Huda Plosokandang tulungagung.
R.    Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan wawancara tidak terstruktur pada wali kelas III SDI Miftahul Huda, tes tulis yang meliputi tes pilihan ganda serta tes unjuk kerja.

S.      Analisis Data
Analisis data yang akan dilakukan yaitu dengan analisi data deskriptiv yang dilakukan dengan cara menggunakan:
1.      Tabel
2.      Grafik
3.      Ukuran sentral tandensi
4.      Ukuran perbedaan atua diferensial analisis[27]
            Untuk mengetahui adanya pengaruh atau tidak antara X1 dengan Y1 dan antara X1 dengan Y2maka digunakan rumus korelasional sederhana.
Sebelum menggunakan rumus korelasi produk momen diatas peneliti akan menguju normalitas dan homogenitas data terlebih dahulu. Uji normalitas dengan menggunakan uji lilieforce dan uji homogenitas dengan menggunakan uji bartlet.
Rumus untuk uji lilieforce:
 
Rumus untuk uji bartlet:
                                   
jika data yang diuji tidak normal maka peneliti akan menggunakan rumus kruskall wallis







[3] Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, (Yogyakarta: Bigraf Publising, 2001), hal. 36
[4] Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Sinar Grafinda, 2009) , hal.3
[8]https://www.scribd.com/doc/95852515/Buku-Quantum-Teaching, diakses tanggal 2 Juni 2016 pukul 21.26 WIB.
[11] Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta:PT Grafindo Persada, 2012), hal 132-133
[12] Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo, 2012) hal. 132
[13]Ibid., hal133-134.
[15] Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Tahun 10, No. 1, Januari 2011 pada http://download.portalgaruda.org/article.php?article=201249&val=6652&title=PENINGKATAN%20KEMAMPUAN%20BERBICARA%20BAHASA%20INGGRIS%20MELALUI%20MODEL%20QUANTUM%20LEARNING, diakses tanggal 29 April 2016 pukul 22.36 WIB.
[16]Ibid.
[17]ejournal.unesa.ac.id/article/8430/99/article.pdf

[18]Mega Purwanti, Fakhruddin Z, H. Zuhdi Maa’ruf,  IMPLEMENTATION OF CONCEPTUAL UNDERSTANDING PROCEDURES TO IMPROVE STUDENTS’ CURIOSITY IN LEARNING PHYSICS AT CLASS VII SMPN 4 PEKANBARU dalam http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFKIP/article/viewFile/9074/8740. Diakses tanggal 29 April 2016 pukul23.26 WIB.
[19] Maskoeri Jasin, Ilmu Alamiah Dasar, (JAKARTA;PT Raja Grafindo Persada, 1997), hal.3
[20] Abdullah Aly dan  Eli Rahma, MKDU Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta:Ilmu Aamiah Dasar, 1996) hal.3
[22]http://digilib.uinsby.ac.id/9215/5/bab2.pdf, diakses tanggal 5 Mei 2015 pukul 15.05 WIB.
[23]Ibid.












[24] Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2010), hal. 102
[25]Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: CV Alfabeta, 2015) hal. 77.
[26] Ibid., hal. 79
[27] http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/prof-dr-suharjana-mkes/teknik-analisa-data.pdf