Sabtu, 12 November 2016

BAB II



BAB II
LANDASAN TEORI
A.    Deskipsi Teori
1.      Model Pembelajaran
Menurut Joyce dan Weil yang dikutip oleh Rustam dalam bukunya Model-Model Pembelajaran menyatakan bahwa model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis, analisis system, atau teori lain yang mendukung.[1]
Ada beberapa dasar dalam mempertimbangkan pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiata pembelajaran yaitu:
1)        Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan adalah:
a.    Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan kompetensi akademik, kepribadian, sosial, dan kompetensi vokasional atau yang dulu diistilahkan dengan domain kognitif, afektif atau psikomotorik?
b.    Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai?
c.    Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademik?
2)        Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:
a.       Apakah materi pembelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori tertentu?
b.      Apakah untuk memepelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat atau tidak?
c.       Apakah tersedia bahan atausumber-sumber yang relevan untuk mempelajari materi itu?
3)        Pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa
a.       Apakah model pembelajaran sesuai dengan tingkat kemetangan peserta didik?
b.      Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi peserta didik?
c.       Apakah model pembelajarn itu sesuai dengan gaya belajar peserta didik?
4)        Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis
a.       Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu model saja?
b.      Apakah model pembelajaran yang kita gunakan dianggap sebagai satu-satunya model yang dapat digunakan?
c.       Apakah model pembelajaran itu memiliki nilai efektifitas atau efisiensi?[2]
2.      Quantum Teaching
Pembelajaran kuantum (Quantum Teaching) diciptakan berdasarkan teori-teori    pendidikan    sepertiAccelerated    Learning dari    Lozanov,Multiple Intelegences dari   Garder,Neuro-Linguistic   Programmingdari   Grinder   danBandler,Experiental Learning dari Hahn,Socratic Inquiry,Cooperative Learningdari  Johnson  dan  Johnson,  danElement  of  Effective  Instructiondari  Hanter(Porter,  2003:4).  Pembelajaran  kuantum  adalah  pengubahan  belajar  yang  meriahdengan  segala  nuansanya.  Kata  quantum  berarti  interaksi  yang  mengubah energy menjadi   cahaya,   dengan   demikianquantum   teachingadalah   pengubahanbermacam-macam interaksi yang ada di dalamdan di sekitar momen belajar.Komponen-komponen Pembelajaran Kuantum (Quantum Teaching)
Sintaks
Kerangka rancangan pembelajaran kuantum dikenal dengan istilah TANDUR,yang  di  dalamnya  memiliki  6  tahap  atau  fase  yaitu  Tumbuhkan,  Alami,Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan (Porter, 2003:88).
a.       Tumbuhkan berarti menumbuhkan   minat   belajar   siswa   dengan   cara   memberitahukan manfaat   materi   yang   akan   dipelajari.   Alami   berarti guru   memberikan kesempatan  kepada  siswa  untuk memperoleh  pengalaman-pengalaman  umum yang  dapat  dimengerti  oleh  mereka. Namai  berarti guru  menyediakan  kata-kata kunci, konsep, rumus yang merupakan materi utama yang menjadi pesan pembelajaran.  Demonstrasikan  berarti  guru  menyediakan  kesempatan  bagisiswa   untuk   dapat   menunjukkan   kemampuannya.   Ulangi   berarti   guru menunjukkan  kepada  siswa  cara-cara  mengulang  materi  dan  menegaskan bahwa  mereka  benar-benar  tahu  akan  apa  yang  dipelajari
b.      Rayakan  berarti guru  memberikan  pengakuan  atas  upaya  yang  telah  dilakukan  siswa  dalam menampilkan  penyelesaian,  partisipasi,  pemerolehan  keterampilan,  dan  ilmu pengetahuannya.
c.       Prinsip Reaksi
Dalam  pembelajaran  kuantum  ada  lima  prinsip dasar  yang  mempengaruhi terciptanya   lingkungan   belajar   yang   kondusif  (Porter,   2003:56).   Adapunkelima  prinsip  dasar  tersebut  adalah:  (1)  Prinsip  segalanya  berbicara  berartiseluruh lingkungan kelas membawa pesan ke pebelajar. (2) Prinsip segalanyabertujuan berarti semua pembelajaran haruslah mempunyai tujuan-tujuan yangjelas.  (3)  Prinsip  pengalaman  sebelum  pemberian  nama  berarti  sebelummendefinisikan, membedakan, siswa terlebih dahulu telah memiliki atau telahdiberikan  pengalaman  informasi  yang  terkait  dengan  upaya  pemberian  namatersebut.  (4)  Prinsip  akui  setiap  usaha  berarti  apapun  usaha  yang  telahdilakukan  siswa  haruslah  mendapat  pengakuan  dari  guru  maupun  siswa lainnya.  (5)  Prinsip  jika  layak  dipelajari  maka  layak  dirayakan  berarti  setiapusaha  belajar  yang  dilakukan  layak  untuk  dirayakan  untuk  memberi  umpanbalik dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar.
d.      Sistem Sosial
Pembelajaran kuantum dibangun berdasarkan asas “Bawalah Dunia Mereka keDunia  Kita,  dan  Antarkan  Dunia  Kita  ke  Dunia  Mereka”  (Porter,2003:6),memberikan  pengertian  bahwa  hubungan  antara  guru  dengan  siswa  harussaling  mendukung.  Guru  memasuki  dunia  siswa  sebagai  upaya  memperolehijin  untuk  memimpin,  menuntun,  dan  memudahkan  siswa  untuk  memahamiilmu pengetahuan.Upaya ini dilakukan antara lain dengan mengaitkan secaralangsung  konsep-konsep  yang  akan  dikaji  dengan  peristiwa  sehari-hari  ataudari  pengalaman  sehari-hari  mereka.  Dengan  pengertian  yang  lebih  luas  danmendalam  berdasarkan  interaksi  tersebut,  siswa  akan  dapat  membawa  apayang  mereka  pelajari  ke  dalam  dunia  mereka  dan  menerapkannya  dalamsituasi baru.Untuk   mendukung   terciptanya   komunitas   belajar   yang   efektif   danmenyenangkan,  maka  dalam  penerapan  model  pembelajaran  kuantum  diperlukanbeberapa  alat  atau  media  seperti  kartu  penghargaan,danLembar  Keja  Siswa(LKS).Melalui  penerapan  pembelajaran  kuantum,  dampak  instruksional  yangdiperoleh  adalah  siswa-siswa  diharapkan  memiliki  pemahaman  konseptual  yangmemadai  terkait  dengan  konsep-konsep  matematika  yang  dipelajari.  Dampakpengiringyang   diperoleh   adalah   nilai-nilai   positif   dalam   membangkitkankesadaran akan pengetahuan yang relevan dan sikap kritis siswa dalam belajar.[3]
Model  Quantum Learning  adalah  suatu  model yang   mencakup   baik   teori   pendidikan   dan pelaksanaan    di    kelas.penelitian    terintegrasi berbasis praktek terbaik dibidang pendidikan.[4]
Tujuan   pokok   pengajaran   Quantum ialah     meningkatkan     partisipasi     melalui penggubahan  keadaan,  meningkatkan  motivasi dan  minat  belajar  melalui  penerapan  kerangka rancangan   TANDUR"   (Tumbuhkan,   Alami, Namai, Demonstarikan, Ulangi, Rayakan).Penelitian  menunjukkan  bahwa  suasana kelas   adalah   penentu   psikologi   utama   yang mempengaruhi belajar akademik. Pada dasarnya kelas adalah arena belajar yang dipengaruhi oleh emosi,    itu    sebabnya    inovator    Quantum Teaching   menyarankan   agar   kita   berupaya menciptakan    suasana    kelas    melalui    niat, hubungan  dan  ketakjuban,  pengambilan  resiko, rasa memiliki dan keteladanan.[5]
Quantum Teaching berasal dari dua kata yaitu “Quantum” yang berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya dan “Teaching” yang berarti mengajar. Dengan demikian maka Quantum Teaching adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada didalam dan disekitar momen belajar. Jadi Quantum Teaching dapat menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur-unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas.[6]
3.      Coriousity (rasa ingin tahu) siswa
Sikap  keingintahuan(Curiosity)didefinisikan  sebagai  keinginan  dan  kebutuhan seseorang   untuk   memperoleh   jawaban   darisuatu   pertanyaan   atau   hal-hal   yang menimbulkan  keingintahuan  yang  mendalam  (Carin, 1997).  Sikap  keingintahuandapat menumbuhkan  motivasi  internal  untuk  belajar  dan  memahami  tentang  sesuatu  hal, sehingga keingintahuan(Curiosity)dapat  dikembangkan  dalamproses  pembelajaran pembelajaran  sains  (Binson,  2009).    Motivasi    siswa    akan    timbul    apabila    ditingkatkannya keingintahuan(Curiosity)dalam  diri  siswa,  karena keingintahuan(Curiosity)adalah pondasi untuk melakukan proses pembelajaran.Sikap   ingin   tahu   dapat   diartikan   sebagai   suatu   sikap   yang   selalu   ingin mendapatkan  jawaban  yang  benar  dari  obyek  yang  diamati  (Hendro  Darmodjo  dan Jenny Kaligis, 1991). [7]
Manusia juga mempunyai naluri seperti seperti tumbuhan dan hewan, tetapi mempunyai akal-budi, sehingga rasa ingin tahu itu tidak tetap sepanjang zaman.Manusia mempnyai rasa ingin tahu yang berkembang.Rasa ingin tahu manusia tidak pernah dapat dipuaskan. Apabila suatu masalah dapat dipecahkan, maka akan timbul masalah lain yang menunggu pemecahannya. Manusia bertanya terus, setelah tahu apanya maka ingin tahu bagaimananya dan mengapanya manusia mampu menggunakan pengetahuan yang telah lama diperoleh untuk dikombinasikan dengan pengetahan yang baru, menjadi pengetahuan yang lebih baru lagi.Hal yang demikian berlangsung berabad-abad, sehingga terjadi akumulasi pengetahuan.[8]
Rasa ingin tahu mendorong manusia untuk melakukan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mencari jawaban atas berbagai persoalan yang muncul didalam pikirannya.Kegiatan yang dikukan manusia itu kadang-kadang kurang serasi dengan tujuannya sehingga tidak dapat menghasilkan pemecahan.Tetapi kegagalan biasanya tidak menimbulkan rasa putus asa, bahkan seringkali membangkitkan semanagat yang lebih menyala-nyala untuk memecahkan persoalan. Kegiatan untuk mencari pemecahan dapat berupa:
a.       Penyelidikan langsung
b.      Penggalian hasil-hasil penyelidikan yang sudah pernah diperoleh orang lain, ataupun
c.       Kerjasama dengan penyelidik-penyelidik lain yang juga sedang memecahkan masalah yang sama atau sejenis yang juga sedang memecahkan soal yang sama atau sejenis.[9]
Karakter   rasa   ingin   tahu   merupakan   salah   satu   nilai   pendidikan  karakter   yang diprogramkan oleh Kemendiknas untuk dikembangkan dalam diri siswa. Karakter rasa ingin tahu penting   dimiliki   oleh   siswa   sebagai   insan   yang   menuntut   ilmu.   Siswa   yang   memiliki keingintahuan  yang  tinggi  terhadap  materi  dapat  menyebabkan  ilmunya  jauh  lebih  banyak dibandingkan dengan siswa yang hanya menunggu penjelasan dari guru. Hal tersebut tentu akan berdampak  pada  hasil  belajar  yang  diperoleh  siswa.[10]
4.      Prestasi Belajar Siswa
Prestasi   adalah   hasil   dari   suatu   kegiatan   yang   telah   dikerjakan,   diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok. Sedangkan menurut Mas’ud  HasanAbdul  Dahar  bahwa  prestasi  adalah  apa  yang  telah  dapat  diciptakan,  hasil  pekerjaan,  hasil  yang  menyenangkan  hati  yang  diperoleh  dengan jalan keuletan kerja.[11]
Winkel,   mengemukakan   bahwa   prestasi   belajar   merupakan   bukti   keberhasilan   yang   telah   dicapai   oleh   seseorang.Maka   prestasi   belajar   merupakan    hasil    maksimum    yang    dicapai    oleh    seseorang    setelah    melaksanakan   usaha-usaha   belajar.   Sedangkan   menurur   Arif   Gunarso   mengemukakan  bahwa  prestasi  belajar  adalah  usaha  maksimal  yang  dicapai  oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Hasil belajar adalah menunjuk  pada  prestasi  belajar,  sedangkan  prestasi  belajar  itu  merupakan  indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku siswa.[12]
B.     Penelitian Terdahulu
Dasar atau acuan yang berupa teori-teori  atau temuan-temuan melalui hasil berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat dijadikan sebagai data pendukung. Salah satu data pendukung yang menurut peneliti perlu dijadikan bagian tersendiri adalah penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini.  Dalam hal ini, fokus penelitian terdahulu  yang dijadikan acuan adalah terkait dengan masalah peningkatan coriousity atau rasa ingin tahu siswa.  Oleh karena itu, peneliti melakukan langkah kajian terhadap beberapa hasil penelitian berupa tesis dan jurnal-jurnal melalui internet.
Berdasarkan penelitian terdahulu menyatakan bahwa model pembelajaran Quantum Teaching sangat bermanfaat bagi siswa dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Tetapi peneliti belum menjumpai bahwa penelitian dengan variabel Quantum teaching yang berpengaruh pada tingkat ingin tahu siswa atau coriousity siswa dalam mata pelajaran IPA ataupun dalam mata pelajaran yang lain. Karena kebanyakan peneliti dalam mata pelajaran IPA untuk meningkatkan coriousity siswa digunakan model pembelajara discovery learning.
C.    Kerangka Konseptual/ Kerangka Berfikir


[1] Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo, 2012) hal. 132
[2]Ibid., hal133-134.
[4] Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Tahun 10, No. 1, Januari 2011 pada http://download.portalgaruda.org/article.php?article=201249&val=6652&title=PENINGKATAN%20KEMAMPUAN%20BERBICARA%20BAHASA%20INGGRIS%20MELALUI%20MODEL%20QUANTUM%20LEARNING, diakses tanggal 29 April 2016 pukul 22.36 WIB.
[5]Ibid.
[6]ejournal.unesa.ac.id/article/8430/99/article.pdf

[7]Mega Purwanti, Fakhruddin Z, H. Zuhdi Maa’ruf,  IMPLEMENTATION OF CONCEPTUAL UNDERSTANDING PROCEDURES TO IMPROVE STUDENTS’ CURIOSITY IN LEARNING PHYSICS AT CLASS VII SMPN 4 PEKANBARU dalam http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFKIP/article/viewFile/9074/8740. Diakses tanggal 29 April 2016 pukul23.26 WIB.
[8] Maskoeri Jasin, Ilmu Alamiah Dasar, (JAKARTA;PT Raja Grafindo Persada, 1997), hal.3
[9] Abdullah Aly dan  Eli Rahma, MKDU Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta:Ilmu Aamiah Dasar, 1996) hal.3
[11]http://digilib.uinsby.ac.id/9215/5/bab2.pdf, diakses tanggal 5 Mei 2015 pukul 15.05 WIB.
[12]Ibid.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar