BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Deskipsi
Teori
1.
Model
Pembelajaran
Menurut
Joyce dan Weil yang dikutip oleh Rustam dalam bukunya Model-Model Pembelajaran
menyatakan bahwa model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai
prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran
berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis,
analisis system, atau teori lain yang mendukung.[1]
Ada
beberapa dasar dalam mempertimbangkan pemilihan model pembelajaran yang akan
digunakan dalam kegiata pembelajaran yaitu:
1)
Pertimbangan
terhadap tujuan yang hendak dicapai. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan
adalah:
a. Apakah
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan kompetensi akademik,
kepribadian, sosial, dan kompetensi vokasional atau yang dulu diistilahkan
dengan domain kognitif, afektif atau psikomotorik?
b. Bagaimana
kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai?
c. Apakah
untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademik?
2)
Pertimbangan
yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:
a. Apakah
materi pembelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori tertentu?
b. Apakah
untuk memepelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat atau tidak?
c. Apakah
tersedia bahan atausumber-sumber yang relevan untuk mempelajari materi itu?
3)
Pertimbangan
dari sudut peserta didik atau siswa
a. Apakah
model pembelajaran sesuai dengan tingkat kemetangan peserta didik?
b. Apakah
model pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi peserta didik?
c. Apakah
model pembelajarn itu sesuai dengan gaya belajar peserta didik?
4)
Pertimbangan
lainnya yang bersifat nonteknis
a. Apakah
untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu model saja?
b. Apakah
model pembelajaran yang kita gunakan dianggap sebagai satu-satunya model yang
dapat digunakan?
c. Apakah
model pembelajaran itu memiliki nilai efektifitas atau efisiensi?[2]
2.
Quantum
Teaching
Pembelajaran
kuantum (Quantum Teaching) diciptakan berdasarkan teori-teori pendidikan sepertiAccelerated Learning dari Lozanov,Multiple Intelegences dari Garder,Neuro-Linguistic Programmingdari Grinder
danBandler,Experiental Learning dari Hahn,Socratic Inquiry,Cooperative
Learningdari Johnson dan
Johnson, danElement of
Effective Instructiondari Hanter(Porter, 2003:4).
Pembelajaran kuantum adalah
pengubahan belajar yang
meriahdengan segala nuansanya.
Kata quantum berarti
interaksi yang mengubah energy menjadi cahaya,
dengan demikianquantum teachingadalah pengubahanbermacam-macam interaksi yang ada
di dalamdan di sekitar momen belajar.Komponen-komponen Pembelajaran Kuantum
(Quantum Teaching)
Sintaks
Kerangka
rancangan pembelajaran kuantum dikenal dengan istilah TANDUR,yang di
dalamnya memiliki 6 tahap atau
fase yaitu Tumbuhkan,
Alami,Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan (Porter, 2003:88).
a. Tumbuhkan
berarti menumbuhkan minat belajar
siswa dengan cara
memberitahukan manfaat
materi yang akan
dipelajari. Alami berarti guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk memperoleh pengalaman-pengalaman umum yang
dapat dimengerti oleh
mereka. Namai berarti guru menyediakan
kata-kata kunci, konsep, rumus yang merupakan materi utama yang menjadi
pesan pembelajaran. Demonstrasikan berarti
guru menyediakan kesempatan
bagisiswa untuk dapat
menunjukkan kemampuannya. Ulangi
berarti guru menunjukkan kepada
siswa cara-cara mengulang
materi dan menegaskan bahwa mereka
benar-benar tahu akan
apa yang dipelajari
b. Rayakan berarti guru
memberikan pengakuan atas
upaya yang telah
dilakukan siswa dalam menampilkan penyelesaian,
partisipasi, pemerolehan keterampilan,
dan ilmu pengetahuannya.
c. Prinsip
Reaksi
Dalam pembelajaran
kuantum ada lima
prinsip dasar yang mempengaruhi terciptanya lingkungan
belajar yang kondusif
(Porter, 2003:56). Adapunkelima
prinsip dasar tersebut
adalah: (1) Prinsip
segalanya berbicara berartiseluruh lingkungan kelas membawa pesan
ke pebelajar. (2) Prinsip segalanyabertujuan berarti semua pembelajaran
haruslah mempunyai tujuan-tujuan yangjelas.
(3) Prinsip pengalaman
sebelum pemberian nama
berarti sebelummendefinisikan,
membedakan, siswa terlebih dahulu telah memiliki atau telahdiberikan pengalaman
informasi yang terkait
dengan upaya pemberian
namatersebut. (4) Prinsip
akui setiap usaha
berarti apapun usaha
yang telahdilakukan siswa
haruslah mendapat pengakuan
dari guru maupun
siswa lainnya. (5) Prinsip
jika layak dipelajari
maka layak dirayakan
berarti setiapusaha belajar
yang dilakukan layak
untuk dirayakan untuk
memberi umpanbalik dan
meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar.
d. Sistem
Sosial
Pembelajaran kuantum
dibangun berdasarkan asas “Bawalah Dunia Mereka keDunia Kita,
dan Antarkan Dunia
Kita ke Dunia
Mereka”
(Porter,2003:6),memberikan
pengertian bahwa hubungan
antara guru dengan
siswa harussaling mendukung.
Guru memasuki dunia
siswa sebagai upaya
memperolehijin untuk memimpin,
menuntun, dan memudahkan
siswa untuk memahamiilmu pengetahuan.Upaya ini dilakukan
antara lain dengan mengaitkan secaralangsung
konsep-konsep yang akan
dikaji dengan peristiwa
sehari-hari ataudari pengalaman
sehari-hari mereka. Dengan
pengertian yang lebih
luas danmendalam berdasarkan
interaksi tersebut, siswa
akan dapat membawa
apayang mereka pelajari
ke dalam dunia
mereka dan menerapkannya
dalamsituasi baru.Untuk
mendukung terciptanya komunitas
belajar yang efektif
danmenyenangkan, maka dalam
penerapan model pembelajaran
kuantum diperlukanbeberapa alat
atau media seperti
kartu penghargaan,danLembar Keja
Siswa(LKS).Melalui penerapan pembelajaran
kuantum, dampak instruksional
yangdiperoleh adalah siswa-siswa
diharapkan memiliki pemahaman
konseptual yangmemadai terkait
dengan konsep-konsep matematika
yang dipelajari. Dampakpengiringyang diperoleh
adalah nilai-nilai positif
dalam membangkitkankesadaran
akan pengetahuan yang relevan dan sikap kritis siswa dalam belajar.[3]
Model Quantum Learning adalah
suatu model yang mencakup
baik teori pendidikan
dan pelaksanaan di kelas.penelitian terintegrasi berbasis praktek terbaik
dibidang pendidikan.[4]
Tujuan pokok
pengajaran Quantum ialah meningkatkan partisipasi melalui penggubahan keadaan,
meningkatkan motivasi dan minat
belajar melalui penerapan
kerangka rancangan
TANDUR" (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstarikan, Ulangi,
Rayakan).Penelitian menunjukkan bahwa
suasana kelas adalah penentu
psikologi utama yang mempengaruhi belajar akademik. Pada
dasarnya kelas adalah arena belajar yang dipengaruhi oleh emosi, itu
sebabnya inovator Quantum Teaching menyarankan
agar kita berupaya menciptakan suasana
kelas melalui niat, hubungan dan
ketakjuban, pengambilan resiko, rasa memiliki dan keteladanan.[5]
Quantum
Teaching berasal dari dua kata yaitu “Quantum” yang berarti interaksi yang
mengubah energi menjadi cahaya dan “Teaching” yang berarti mengajar. Dengan
demikian maka Quantum Teaching adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang
ada didalam dan disekitar momen belajar. Jadi Quantum Teaching dapat
menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan
unsur-unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi
yang terjadi di dalam kelas.[6]
3.
Coriousity
(rasa ingin tahu) siswa
Sikap keingintahuan(Curiosity)didefinisikan sebagai
keinginan dan kebutuhan seseorang untuk
memperoleh jawaban darisuatu
pertanyaan atau hal-hal
yang menimbulkan
keingintahuan yang mendalam
(Carin, 1997). Sikap keingintahuandapat menumbuhkan motivasi
internal untuk belajar
dan memahami tentang
sesuatu hal, sehingga
keingintahuan(Curiosity)dapat
dikembangkan dalamproses pembelajaran pembelajaran sains
(Binson, 2009). Motivasi
siswa akan timbul
apabila ditingkatkannya
keingintahuan(Curiosity)dalam diri siswa,
karena keingintahuan(Curiosity)adalah pondasi untuk melakukan proses
pembelajaran.Sikap ingin tahu
dapat diartikan sebagai
suatu sikap yang
selalu ingin mendapatkan jawaban
yang benar dari
obyek yang diamati
(Hendro Darmodjo dan Jenny Kaligis, 1991). [7]
Manusia
juga mempunyai naluri seperti seperti tumbuhan dan hewan, tetapi mempunyai
akal-budi, sehingga rasa ingin tahu itu tidak tetap sepanjang zaman.Manusia
mempnyai rasa ingin tahu yang berkembang.Rasa ingin tahu manusia tidak pernah
dapat dipuaskan. Apabila suatu masalah dapat dipecahkan, maka akan timbul
masalah lain yang menunggu pemecahannya. Manusia bertanya terus, setelah tahu
apanya maka ingin tahu bagaimananya dan mengapanya manusia mampu menggunakan
pengetahuan yang telah lama diperoleh untuk dikombinasikan dengan pengetahan
yang baru, menjadi pengetahuan yang lebih baru lagi.Hal yang demikian
berlangsung berabad-abad, sehingga terjadi akumulasi pengetahuan.[8]
Rasa
ingin tahu mendorong manusia untuk melakukan berbagai kegiatan yang bertujuan
untuk mencari jawaban atas berbagai persoalan yang muncul didalam
pikirannya.Kegiatan yang dikukan manusia itu kadang-kadang kurang serasi dengan
tujuannya sehingga tidak dapat menghasilkan pemecahan.Tetapi kegagalan biasanya
tidak menimbulkan rasa putus asa, bahkan seringkali membangkitkan semanagat
yang lebih menyala-nyala untuk memecahkan persoalan. Kegiatan untuk mencari
pemecahan dapat berupa:
a. Penyelidikan
langsung
b. Penggalian
hasil-hasil penyelidikan yang sudah pernah diperoleh orang lain, ataupun
c. Kerjasama
dengan penyelidik-penyelidik lain yang juga sedang memecahkan masalah yang sama
atau sejenis yang juga sedang memecahkan soal yang sama atau sejenis.[9]
Karakter rasa
ingin tahu merupakan
salah satu nilai
pendidikan karakter yang diprogramkan oleh Kemendiknas untuk
dikembangkan dalam diri siswa. Karakter rasa ingin tahu penting dimiliki
oleh siswa sebagai
insan yang menuntut
ilmu. Siswa yang
memiliki keingintahuan yang tinggi
terhadap materi dapat
menyebabkan ilmunya jauh
lebih banyak dibandingkan dengan
siswa yang hanya menunggu penjelasan dari guru. Hal tersebut tentu akan
berdampak pada hasil
belajar yang diperoleh
siswa.[10]
4.
Prestasi
Belajar Siswa
Prestasi adalah
hasil dari suatu
kegiatan yang telah
dikerjakan, diciptakan baik secara
individu maupun secara kelompok. Sedangkan menurut Mas’ud HasanAbdul
Dahar bahwa prestasi
adalah apa yang
telah dapat diciptakan,
hasil pekerjaan, hasil
yang menyenangkan hati
yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.[11]
Winkel, mengemukakan bahwa
prestasi belajar merupakan
bukti keberhasilan yang
telah dicapai oleh
seseorang.Maka prestasi belajar
merupakan hasil maksimum
yang dicapai oleh
seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha
belajar. Sedangkan menurur
Arif Gunarso mengemukakan
bahwa prestasi belajar
adalah usaha maksimal
yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan
usaha-usaha belajar. Hasil belajar adalah menunjuk pada
prestasi belajar, sedangkan
prestasi belajar itu
merupakan indikator adanya dan
derajat perubahan tingkah laku siswa.[12]
B.
Penelitian
Terdahulu
Dasar atau acuan yang
berupa teori-teori atau temuan-temuan
melalui hasil berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu
dan dapat dijadikan sebagai data pendukung. Salah satu data pendukung yang
menurut peneliti perlu dijadikan bagian tersendiri adalah penelitian terdahulu
yang relevan dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini. Dalam hal ini, fokus penelitian
terdahulu yang dijadikan acuan adalah
terkait dengan masalah peningkatan coriousity atau rasa ingin tahu siswa. Oleh karena itu, peneliti melakukan langkah
kajian terhadap beberapa hasil penelitian berupa tesis dan jurnal-jurnal
melalui internet.
Berdasarkan penelitian
terdahulu menyatakan bahwa model pembelajaran Quantum Teaching sangat
bermanfaat bagi siswa dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Tetapi
peneliti belum menjumpai bahwa penelitian dengan variabel Quantum teaching yang
berpengaruh pada tingkat ingin tahu siswa atau coriousity siswa dalam mata
pelajaran IPA ataupun dalam mata pelajaran yang lain. Karena kebanyakan
peneliti dalam mata pelajaran IPA untuk meningkatkan coriousity siswa digunakan
model pembelajara discovery learning.
C.
Kerangka
Konseptual/ Kerangka Berfikir
[1]
Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo, 2012) hal. 132
[2]Ibid.,
hal133-134.
[4]
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Tahun 10, No. 1, Januari 2011 pada http://download.portalgaruda.org/article.php?article=201249&val=6652&title=PENINGKATAN%20KEMAMPUAN%20BERBICARA%20BAHASA%20INGGRIS%20MELALUI%20MODEL%20QUANTUM%20LEARNING,
diakses tanggal 29 April 2016 pukul 22.36 WIB.
[5]Ibid.
[6]ejournal.unesa.ac.id/article/8430/99/article.pdf
[7]Mega
Purwanti, Fakhruddin Z, H. Zuhdi Maa’ruf,
IMPLEMENTATION OF CONCEPTUAL UNDERSTANDING PROCEDURES TO IMPROVE
STUDENTS’ CURIOSITY IN LEARNING PHYSICS AT CLASS VII SMPN 4 PEKANBARU dalam http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFKIP/article/viewFile/9074/8740.
Diakses tanggal 29 April 2016 pukul23.26 WIB.
[8]
Maskoeri Jasin, Ilmu Alamiah Dasar, (JAKARTA;PT Raja Grafindo Persada, 1997),
hal.3
[9]
Abdullah Aly dan Eli Rahma, MKDU Ilmu
Alamiah Dasar, (Jakarta:Ilmu Aamiah Dasar, 1996) hal.3
[10]Mydha
Tri Puspitasari, Sigit Santoso, Binti Muchsin dalam Jurnal “Tata Arta”UNS, Vol.
1, No. 1, hlm. 31 dalamhttp://download.portalgaruda.org/article.php?article=330376&val=7730&title=UPAYA%20MENINGKATKAN%20KARAKTER%20RASA%20INGIN%20TAHU%20DAN%20HASIL%20%20BELAJAR%20AKUNTANSI%20MELALUI%20PEMBELAJARAN%20KONTEKSTUAL%20%20DENGAN%20METODE%20SNOWBALL%20THROWING%20PADA%20SISWA%20SMK%20MUHAMMADIYAH%203%20GEMOLONG
diunduh tanggal 29 April 2016 pukul 24.00 WIB
[11]http://digilib.uinsby.ac.id/9215/5/bab2.pdf,
diakses tanggal 5 Mei 2015 pukul 15.05 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar